Bersamaan dengan itu, seekor lalat hinggap di ujung pena dan meminum keringat yang berada di ujung pena. Seketika Al Ghazali diam sejenak dan tidak menggerakkan penanya. Dia membiarkan lalat itu minum air keringatnya hingga kenyang dan terbang kembali.
Al Ghazali merasa itu hanya sebuah peristiwa kecil yang tidak bermakna. Tetapi Tuhan menghargai perbuatan Al Ghazali dan menemuinya dalam mimpi.
“Perbuatan baikmu kepada makhluk ciptaanKu (lalat itu) tidak diketahui siapapun. Tidak ada pujian yang kamu dapatkan dan tidak ada penghargaan yang kamu terima. Itulah kebaikan yang sesungguhnya,” demikian Tuhan berkata-kata kepada Al Ghazali dalam mimpi.
Mimpi itulah yang membuat Al Ghazali merenung selama beberapa waktu. Hatinya diliputi rasa gelisah. Sebelumnya Al Ghazali meyakini bahwa sumbangsihnya kepada manusia dalam bentuk ilmu pengetahuan dan sikap adilnya sebagai hakim akan mendapatkan pahala yang kelak diterimanya di akhirat.
Namun ternyata, semua itu tidak dianggap sebagai sebuah prestasi besar di mata Tuhan. Justru Tuhan memujinya saat Al Ghazali membiarkan lalat minum air keringatnya di ujung pena.
Editor : Arif Handono