Sementara pada tahun 1522 Masehi, seorang ahli Italia lainnya, Antonio Pigafeta menyebutkan bahwa penguasa di Majapahit, adalah Pati Unus. Tulisan inilah yang mengisyaratkan bahwa kala itu Majapahit sudah masuk dalam kekuasaan kerajaan Demak. Penakhlukan Majapahit oleh Demak, tak terlalu gamblang diceritakan dalam Serat Kanda, dan Serat Darmogandul.
Riboet Darmosoetopo menduga, kematian Bhre Kertabhumi pada tahun 1478 masehi akibat serangan Dyah Ranawijaya, dijadikan sengkalan sirna ilang kertaning bumi dalam Babad Tanah Jawi. Adapun Slamet Muljana dalam bukunya yang berjudul "Menuju Puncak Kemegahan: Sejarah Kerajaan Majapahit", menyebutkan Kerajaan Majapahit memiliki ibu kota yang luas, lengkap dengan istananya.
Beberapa bangunan beridiri megah, mulai dari alun-alun keraton hingga balai-balai yang menjadi bagian dari kompleks Istana Majapahit. Terdapat tembok batu, yang sekaligus menjadi benteng bagi keraton Majapahit. Pintu besar di sebelah barat yang disebut purawaktra menghadap ke lapangan luas.
Di tengah lapangan itu mengalir parit yang mengelilingi lapangan, di tepi benteng ditanami pohon beringin atau brahmastana, berderet-deret memanjang dan berbagai bentuknya. Di situlah tempat tunggu para perwira yang sedang meronda menjaga paseban. Di sebelah utara ada lagu gapura, pintunya besi, alun-alun keraton membujur dari utara ke selatan.
Di dalam benteng, terdapat pura di tengah-tengah benteng, yang terletak di sebelah timur pintu besi adalah panggung tinggi, lantainya berlapis batu putih, deretan gedung-gedung yang berhimpit membujur ke selatan. Di muka deretan gedung ini terdapat jalan yang membatasi alun-alun keraton dan gedung kompleks keraton.
Editor : Arif Handono