“Oh! itu, Pak. Sudah biasa,” resepsionis menjawab sambil tersenyum.
”Beberapa tamu juga pernah ada yang bercerita seperti itu. Tapi nggak mengganggu, kok!” tambahnya.
“Sepertinya ada kuburan bayi di dekat sini. Bayi-bayi korban aborsi!” kata Joko dengan nada ketus. Resepsionis itu mengernyitkan keningnya. Ia memandang kami dengan tatapan tajam.
“Bapak tahu dari mana?” tanyanya penuh selidik.
“Itu tidak penting. Sebaiknya Anda katakan saja kepada pimpinan disini untuk mengadakan selamatan doa,” kata Joko sambil mengeluarkan sejumlah uang pembayaran hotel. Setelah itu ia berkata lagi, “kirimlah doa-doa agar arwah bayi-bayi itu dapat tenang!”
Setelah pembayaran selesai, saat itu juga kami meninggalkan hotel, diiringi tatapan kosong resepsionis.
Dalam perjalanan baru kuketahui rupanya hanya aku dan Yusuf yang sempat melihat bayi dan suaranya, sementara Joko dan Suradi hanya mendengar suara tangisannya saja.
Editor : Arif Handono