Sebaliknya orang Kanekes, masih menyimpan banyak sekali sisa-sisa tradisi Sunda, mengubur mayat dalam tanah. Tradisi nerebkeun di sebelah timur dan tradisi ngurebkeun di sebelah barat membekas dalam peristiwa dalam istilah panereban dan pasarean.
Padahal mereka tahu dalam kenyataan sehari-hari monyet dengan kuya itu bertemu saja mungkin tidak pernah. Bahkan di kebun binatang pun tidak pernah diperkenalkan.
Pada abad ke-14, sebutan Sunda sudah meliputi seluruh Jawa Barat. Baik dalam pengertian wilayah maupun etnik.
Menurut Pustaka Paratwan I Bhumi Jawadwipa parwa I sarga 1, nama Sunda mulai digunakan Purnawarman untuk ibu kota Tarumanagara yang baru didirikannya, Sundapura. Idealisme kenegaraan memang terpaut di dalamnya sebab Sundapura berarti kota suci atau kota murni, sedangkan Galuh berarti permata atau batu mulia dan secara kiasan berarti gadis. iNewsMadiun.
Editor : Arif Handono