get app
inews
Aa Text
Read Next : Ini Dia 12 Kampung Tematik Kota Madiun, Ada Sport Centre hingga Peceland

Kondisi Eropa Seperti Zaman Api, Dihantam Gelombang Panas dan Kebakaran Hutan

Senin, 25 Juli 2022 | 07:00 WIB
header img
Kondisi Eropa seperti zaman api, dihantam gelombang panas dan kebakaran hutan (Foto: AFP/Cesar Manso)

Di negara-negara seperti Portugal, Spanyol, dan Yunani, pembangunan ekonomi telah memicu migrasi ke kota-kota dan menjauh dari industri penggembalaan, seperti pertanian dan peternakan.

“Pergeseran ekonomi itu berarti tidak ada cukup orang di lanskap untuk mempertahankan pembakaran tradisional atau mempertahankan penggunaan lahan tradisional,” kata Pyne.

Selama ribuan tahun, para petani secara teratur membakar lahan mereka untuk membersihkan semak-semak yang mati dan membuka jalan bagi pertumbuhan baru, dan untuk menurunkan risiko kebakaran besar-besaran.

Namun, seperti di California, banyak komunitas Eropa modern telah beralih ke strategi yang disebut pemadaman kebakaran, artinya memadamkan kebakaran hutan dengan cepat sebelum sempat menyebar, menghancurkan properti, dan membunuh orang. Itu berarti bahan bakar menumpuk di pedesaan, siap untuk dibakar.

Karena sekarang ada lebih sedikit orang yang tinggal di pedesaan dan juga undang-undang konservasi yang lebih ketat, hutan telah tumbuh. Meskipun itu bagus untuk satwa liar, itu juga menambah bahan bakar ke lanskap.

Dengan lebih sedikit hewan yang merumput untuk mengunyah rumput, bahan bakar yang sangat mudah terbakar itu semakin menumpuk.

“Jadi Anda mulai melihat api ini padam, dan itu tidak henti-hentinya,” lanjut Pyne.

Perubahan demografis dan migrasi ke kota terjadi bersamaan dengan perubahan iklim.

Iklim Mediterania, baik di wilayah sekitar Laut Mediterania maupun di tempat-tempat serupa seperti California sudah rawan kebakaran.

Musim dingin dan musim semi di mana hujan mendorong pertumbuhan tanaman, lalu mengering di musim panas yang kering dan berubah menjadi bahan bakar. Krisis iklim telah membuat kondisi itu lebih kering dan menimbulkan panas lebih lama.

“Ini adalah penambah performa. Kami melihat perubahan iklim memperbesar kondisi itu,” ucap Pyne.

Editor : Arif Handono

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut