Karena itu, tak heran apabila banyak layanan untuk memperbaiki keberuntungan.
Di Taipei, misalnya, sejumlah kuil menawarkan paket layanan penuh via online yang menjamin seorang pemuka kepercayaan melakukan ritual bulanan untuk mengusir pengaruh kesialan sepanjang tahun.
Bahkan Eslite Bookstore punya rak khusus mengenai kiat-kiat memperbaiki keberuntungan secara mandiri.
Para ahli nujum dan pendeta mampu mengubah rentetan kesialan, misalnya, dengan mengganti nomor ponsel, mendesain ulang kartu bisnis, atau bahkan mengubah nama yang bersangkutan.
Bagi sebagian orang, memanggil pendeta untuk melakukan ritual yang disebut "tse-kai" untuk mengusir kesialan, sama lazimnya seperti membuat janji dengan dokter gigi.
Seluruh proses ini dilakukan tanpa memandang agama yang dianut orang tersebut.
"Kami menyebut [sikap keterbukaan] 'youbai youbaoyou'. Tidak peduli apakah Anda percaya pada dewa-dewa. Jika Anda berdoa, Anda akan diberkahi," jelas Liu.
Ketika para dewa sepertinya tidak memilih kepada siapa berkah itu mengalir, pencari berkah justru sebaliknya.
Di Taiwan, yang masyarakatnya menyembah banyak dewa, orang-orang pencari keberuntungan teramat fokus pada hasil. Jika dewa tertentu dianggap memberikan hasil konkret, akan ada banyak orang yang memujanya.
Pendekatan pragmatis ini membuat masyarakat di sana terbuka pada beragam keyakinan. Sebagai contoh, tidaklah aneh jika suatu kuil Taois memuja sosok dari tradisi Buddha, dan begitu sebaliknya.
Sikap pragmatisme itu tercermin pada tindakan Liu Qiying. Aksi lempar koinnya berakhir lebih bahagia ketimbang Lu Chao, pria yang melempar koin ke pesawat.
Beberapa tahun lalu, istri Liu melahirkan seorang putri yang disambut gembira oleh keluarga mereka. Namun, Liu juga menginginkan seorang putra.
Pada 2013, dia bertolak dari Taiwan ke Kuil Dahuaxing di China bagian selatan. Kuil Buddha itu memuja Bodhisattva Guanyin, yang kerap disebut Dewi Welas Asih. Di sana, pada bagian bawah patung Guanyin, terdapat sebuah kolam permohonan yang dihiasi kepala naga.
Kepercayaan setempat meyakini siapapun yang melempar koin ke mulut salah satu naga, akan mendapat anak.
Karena sangat ingin permintaannya dikabulkan, Liu membelakangi naga dan melempar koin ke belakang di atas kepalanya. Koin itu, kata dia, meluncur langsung ke dalam salah satu mulut naga.
Tak lama berselang istrinya hamil lagi, yang belakangan melahirkan seorang putra.
Kini, patung Guanyin berada di antara dewa-dewa Tao yang dipajang di altar kuil tempat Liu biasa beribadah di Taipei.
Di sisi lain, nasib Lu Chao terbukti kurang mujur. Lima bulan setelah dia melempar koin ke pesawat, dan belakangan memasukkan nama abangnya sebagai pembela di persidangan, dia kalah dalam kasus gugatan dan didenda 120.000 yuan (sekitar Rp260 juta).iNewsMadiun
Editor : Arif Handono