Berkat dia seluruh jamaah haji yang 700 ribu itu diterima oleh Allah." "Kok bisa? Siapa orang tersebut?" tanya Malaikat yang satu lagi. Malaikat yang satu berkata: "Laki-laki itu adalah tukang sol sepatu di Kota Damsyiq (Damaskus sekarang." Mendengar percakapan Malaikat itu, Abdullah bin Mubarak langsung terbangun. Sepulang haji, Beliau langsung menuju Kota Damaskus, Suriah.
Setibanya di sana, Abdullah bin Mubarak mencari tahu siapa tukang sol sepatu yang disebut Malaikat dalam mimpinya itu. Dalam riwayat disebitkan tukang sol sepatu itu bernama Sa'id bin Muhafah. Dalam riwayat lain disebut bernama Ali bin Muwaffaq. Wallahu A'lam. Hampir semua tukang sol sepatu ditanya oleh Abdullah bin Mubarak, apakah ada tukang sol sepatu yang namanya Sa'id bin Muhafah. "Ada, di tepi kota," jawab salah seorang sol sepatu sambil menunjukkan arahnya.
Sesampai di sana, ulama itu menemukan tukang sepatu yang berpakaian lusuh. "Benarkah Anda bernama Sa'id Bin Muhafah?" tanya Ulama itu. "Betul, siapa Tuan?" "Aku Abdullah Bin Mubarak ." Sa'id pun terharu. "Bapak adalah ulama terkenal, ada apa gerangan mendatangi saya?" Abdullah Mubarak pun kebingungan, dari mana Beliau memulai pertanyaannya, akhirnya Beliau menceritakan perihal mimpinya. "Saya ingin tahu, adakah sesuatu yang telah Anda perbuat, sehingga Anda berhak mendapatkan pahala Haji Mabrur?" "Wah, saya sendiri tidak tahu Tuan!"
"Coba ceritakan bagaimana kehidupan Anda selama ini". Maka Sa'id bin Muhafah bercerita. "Setiap tahun, setiap musim Haji, aku selalu mendengar: "Labbaika Allahumma labbaika. Labbaika la syarika laka labbaika. Innal hamda wanni'mata laka wal mulka. Laa syarika laka". (Ya Allah, aku datang karena panggilan Mu.Tiada sekutu bagi Mu. Segala nikmat dan puji adalah kepunyan Mu dan kekuasaan Mu. Tiada sekutu bagi Mu). Setiap kali aku mendengar kalimat itu, aku selalu menangis. "Ya Allah, aku rindu Makkah. Ya Allah aku rindu melihat Ka'bah. Izinkan aku datang, Izinkan aku datang ya Allah."
Sejak puluhan tahun lalu setiap hari saya menyisihkan uang dari hasil kerja saya sebagai tukang sol sepatu. Sedikit demi sedikit saya kumpulkan. Akhirnya pada tahun ini, saya punya 350 Dirham, cukup bekal untuk saya berhaji. "Saya sudah siap berhaji." "Tapi Anda batal berangkat haji?" tanya Abdullah Mubarak. "Benar" "Apa yang terjadi?" "Istri saya hamil, dan sering ngidam. Waktu saya hendak berangkat saat itu dia ngidam berat." "Suami ku, engkau mencium bau masakan yang nikmat ini? "Iya sayang." "Cobalah engkau cari, siapa yang masak sehingga baunya nikmat begini. Mintalah sedikit untukku."
"Saya pun mencari sumber bau masakan itu. Ternyata berasal dari gubuk yang hampir roboh. Di situ ada seorang janda dan enam anaknya. Saya bilang padanya bahwa istri saya ingin masakan yang ia masak, meskipun sedikit." Janda itu diam saja memandang saya, sehingga saya mengulangi perkataan saya. Akhirnya dengan perlahan ia mengatakan: "Tidak boleh tuan. Dijual berapapun akan saya beli!" "Makanan itu tidak dijual, tuan," katanya sambil berlinang mata. Akhirnya saya tanya kenapa? Sambil menangis, janda itu berkata: "Daging ini halal untuk kami dan haram untuk Tuan," kata janda itu.
Editor : Arif Handono