Ketiga, Currency War. Masalah keuangan, perbankan, mata uang dunia sekarang ini perkembangan sangat cepat. Bank-bank asing sudah menguasai ekonomi nasional. Belum lagi pada sub sector jasa keuangan dan e-commerce, Muhammadiyah belum tampak berbuat nyata. Maka pada sektor currency ini Muhammadiyah harus punya formula untuk bisa segera memberdayaan potensi SDM dan aset-aset yang sangat besar di Muhammadiyah.
Keempat, Biological War. Setidak-tidak bisa dipungkiri perang biologi sudah mulai memporak-porandakan kita sejak lama. Salah satu contoh yang masih kita alami adalah covid-19 sebagai bentuk perang bioligis. Belum lagi makanan dan obat yang tidak layak, isu GGL (Gula Garam Lemak), isu obat sirop yang sampai mematikan 200an orang, isu makanan, minuman dan obat ini tampaknya Muhammadiyah harus banyak bicara di kancah nasional dan internasional mengingat potensi Muhammadiyah cukup besar.
Kelima, Food Water dan Energi War. Di bidang energi, air dan makanan, Muhammadiyah juga belum menunjukkan peran yang strategis, masalah air bersih dan energi terbarukan, makanan halal dan sehat belum menjadi prioritas utama Muhammadiyah. Isu-isu mikro plastik, kelangkaan, air bersih, pencemaran makanan dan minuman dan kelangkaan energi yang sudah di depan mata, harga BBM, harga gas, emisi, harga listrik belum menjadi isu di Muhamadiyah.
Keenam, Disaster War. Isu lingkungan hidup, bencana alam dan lingkungan yang menjadi perhatian dunia, Muhammadiyah harus sudah mulai kelihatan, tapi sampai saat ini belum menjadi perhatian yang serius. Karena isu tentang lingkungan dan bencana alam akhir-akhir ini semakin menjadi kompleks. Bagaimana Muhammadiyah yang ini perlu merumuskan masalah lingkungan dan bencana ini.
Inilah enam yang pekerjaan rumah bagi Muhammadiyah, pekerjaan rumah yang besar dan perlu menjadi program kerja Muhammadiyah pasca muktamar. Kalau soal berebut Ketua Umum tidak masalah. Namun dalam program kerja Muhmmadiyah harus extraordinary dengan enam masalah di atas. Selamat berMuktamar Ke-48 semoga Muhammadiyah ada pergerakan yang progresif dan mencerahkan, sehingga sang surya makin bersinar. (Penulis adalah Direktur Utama Sang Surya Corporindo)
Editor : Arif Handono