Selama 10 tahun terakhir ini regenerasi di Muhammadiyah berjalan cukup lambat, Muktamar Ke-48 ini pun masih didominasi dari wajah-wajah lama dengan dominasi poros Yogyakarta dan Jakarta atau poros priyayi dan poros progresif, bahkan yang menjadi 13 formateur hanya nantinya juga dari kalangan kalangan priyanyi, PNS yang sudah pensiunan, boleh dibilang sudah sebagian besar kakek-kakek dan di Aisyiah juga sudah sebagai besar nenek-nenek.
Memang di usia Muhammadiyah yang sudah 109 tahun, Ormas berlogo mahahari telah mengalami perjalanan yang sangat panjang, siapapun Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang terpilih di Muktamar Ke-48 dan Tim Formateur 13 tampaknya tidak akan banyak perubahan, masih pengurus yang ita itu saja.
Memang demokrasi di Muhammadiyah harus diakui paling bagus dibanding Ormas yang lain.
Kalau melihat sejarah setiap orde setidaknya ada empat orde di Muhammadiyah: orde lama, orde baru, orde reformasi dan orde restorasi. Pada masa orla, Muhammadiyah aktif dalam perjuangan kemerdekaan, pada masa orba aktif mengisi kemerdekaan dan pada orba ini Muhammadiyah mengalami dinamika sosial yang luar biasa, serta di era reformasi Muhammadiyah terus berkembang di bidang sosial dan sekarang di era restorasi Muhammadiyah main lebih aman. Sekarang saat akan memasuki tahun 2023, Muhammadiyah belum menunjukkan sebagai gerakan tadjid yang sesungguhnya di semua sektor.
Muhammadiyah masih menonjol di sektor sosial keagamaan untuk sektor ekonomi dan politik serta kebudayaan Muhammadiyah masih stagnasi.
Editor : Arif Handono