"Saat kita mengaktifkan ponsel atau radio, mereka bisa langsung mengetahui keberadaan kita. Kemudian penembakan dimulai,” kata Denis.
Prajurit lain, Aleksandr, mengungkapkan bagaimana posisinya terus menerus ditembaki kemana pun pergi.
“Mereka hanya menembaki kami setiap saat. Jika kita menembakkan tiga mortir, mereka membalas dengan 20 tembakan,” kata tentara yang kehilangan tangan itu.
Ukraina meningkatkan intensitas serangan sejak beberapa pekan terakhir, menggunakan senjata bantuan AS dan negara Barat. Serangan balasan itu bertujuan merebut kembali Kherson, bahkan juga diarahkan ke Krimea.
Militer Rusia memperkirakan lebih dari 15.000 tentara Ukraina terlibat dalam operasi tersebut, namun banyak dari mereka yang tewas. Kementerian Pertahanan Rusia dalam pernyataan pada Rabu kemarin mengungkapkan, tentara Ukraina tidak melakukan serangan karena mengalami kekalahan.
Sementara Ukraina menyatakan berhasil merebut beberapa desa. Sayangnya, klaim itu tak bisa diverifikasi karena jurnalis dilarang ke garis depan. Jurnalis The Washington Post dihentikan sekitar 5 kilometer dari Visokopolye pada Senin lalu, sehingga tak bisa mengetahui kondisi sesungguhnya.
Namun serangan balasan itu diharapkan bisa meningkatkan moral tentara Ukraina dan menunjukkan kepada pemerintah negara Barat bahwa bantuan miliaran dolar untuk ekonomi dan militer mereka tak sia-sia.
iNewsMadiun
Editor : Arif Handono