WASHINGTON, iNewsMadiun.id - Beberapa tentara Ukraina menceritakan pengalaman mereka bertempur melawan pasukan Rusia di garis depan. Umumnya mereka mengisahkan kenyataan yang jarang terungkap selama ini, yakni tentang persenjataan dan kecanggihan cara kerja pasukan Rusia dalam menyerang target musuh.
Kisah para tentara Ukraina itu diangkat surat kabar The Washington Post yang rilis Rabu (7/9/2022) yang mengirim jurnalis ke rumah sakit di Kherson tempat para prajurut terluka dirawat.
Beberapa tentara yang dirawat tampak dalam kondisi mengenaskan, kehilangan sebagian anggota tubuh, badan penuh luka pecahan peluru, tangan dan kaki hancur, dan lainnya.
Disebutkan dalam laporan The Washington Post, kekuatan militer Ukraina jauh di bawah kemampuan pasukan Rusia. Para tentara menyebut pertempuran di front Kherson sebagai berat sebelah.
Blak-blakan, Pejabat Militer AS Akui Latih Tentara Ukraina Tenggelamkan Kapal Perang Rusia
Seorang komandan peleton yang hanya disebutkan bernana Igor (30) mengatakan, militer Rusia memiliki artileri lebih banyak dan lebih berkualitas. Selain itu drone Rusia terbang leluasa tanpa bisa diganggu pada ketinggian 1 kilometer, dan radar kontra-baterai yang bisa memberikan informasi untuk menembak setiap kepala tentara Ukraina hanya dalam beberapa menit.
Bukan hanya itu, pasukan Rusia bahkan bisa meretas dan membajak drone Ukraina padahal terbang di belakang garis musuh.
“Kami kehilangan lima orang untuk setiap apa yang mereka lakukan,” kata Igor.
Tentara lainnya, Denis, mengungkap bagaimana kecanggihan pasukan Rusia dalam mengetahui posisi musuh.
"Saat kita mengaktifkan ponsel atau radio, mereka bisa langsung mengetahui keberadaan kita. Kemudian penembakan dimulai,” kata Denis.
Prajurit lain, Aleksandr, mengungkapkan bagaimana posisinya terus menerus ditembaki kemana pun pergi.
“Mereka hanya menembaki kami setiap saat. Jika kita menembakkan tiga mortir, mereka membalas dengan 20 tembakan,” kata tentara yang kehilangan tangan itu.
Ukraina meningkatkan intensitas serangan sejak beberapa pekan terakhir, menggunakan senjata bantuan AS dan negara Barat. Serangan balasan itu bertujuan merebut kembali Kherson, bahkan juga diarahkan ke Krimea.
Militer Rusia memperkirakan lebih dari 15.000 tentara Ukraina terlibat dalam operasi tersebut, namun banyak dari mereka yang tewas. Kementerian Pertahanan Rusia dalam pernyataan pada Rabu kemarin mengungkapkan, tentara Ukraina tidak melakukan serangan karena mengalami kekalahan.
Sementara Ukraina menyatakan berhasil merebut beberapa desa. Sayangnya, klaim itu tak bisa diverifikasi karena jurnalis dilarang ke garis depan. Jurnalis The Washington Post dihentikan sekitar 5 kilometer dari Visokopolye pada Senin lalu, sehingga tak bisa mengetahui kondisi sesungguhnya.
Namun serangan balasan itu diharapkan bisa meningkatkan moral tentara Ukraina dan menunjukkan kepada pemerintah negara Barat bahwa bantuan miliaran dolar untuk ekonomi dan militer mereka tak sia-sia.
iNewsMadiun
Editor : Arif Handono