get app
inews
Aa Text
Read Next : Kisah Soeharto yang Tak Tahu Bung Karno Sudah Memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia

Pengamen Lampu Merah Selalu Beri Hormat saat Ada Iring-iringan Mobil Soeharto, Nasibnya Tak Terduga

Minggu, 21 Agustus 2022 | 23:41 WIB
header img
Munari Ari sempat mengamen sebelum akhirnya bekerja di perusahaan milik keluarga Presiden Soeharto. (Foto: Repro Buku Pak Harto The Untold Stories)

"Jam kerja saya adalah setiap kali lampu merah menyala dan mobil-mobil serentak berhenti," kata Munari Ari dalam tulisan berjudul Hormat Pengamen dari Trotoar di buku Pak Harto The Untold Stories (2012), dikutip, Minggu (21/8/2022).

Karena setiap hari berada di Perempatan Bioskop Megaria, Munari hafal bahwa setiap Rabu dan Jumat di jam yang sama, selalu melintas iring-iringan mobil Presiden Soeharto.

Dengan dikawal Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres), Pak Harto menuju lapangan golf Rawamangun untuk berolahraga. Sebelum matahari terbenam, iringan-iringan mobil itu kembali pulang.

Suatu siang di tahun 1986, selepas shalat Jumat, Munari dan Obos, bersiap di pinggir jalan. Keduanya tahu akan ada iring-iringan mobil presiden melintas. Sambil mengamati keadaan agar tidak diusir petugas keamanan, Munari dan Obos mencari tempat yang tepat.

Begitu iringan-iringan mobil Presiden Soeharto melintas, keduanya yang masing-masing menenteng gitar dan biola, langsung mengambil sikap sempurna dan memberi hormat.

Setelah hitungan ketiga 'upacara' itu pun selesai seiring mobil-mobil tunggangan pejabat negara itu melintas tanpa bekas.

 "Saya membayangkan penumpangnya, Pak Harto, yang sering saya lihat tersenyum dan berbicara akrab dengan rakyat melalui televisi. Saya sadar bahwa tidaklah mungkin saya memperdengarkan suara saya ke Pak Harto. Namun, keinginan saya untuk berinteraksi dengan beliau tidaklah surut. Saya yakin beliau tidak akan marah kepada saya," kata Munari.

Sikap sempurna sambil hormat terus dilakukan Munari ketika iring-iringan mobil presiden melintas.

Hingga sebulan kemudian, terjadilah keajaiban. Mobil berpelat nomor RI 1 itu berjalan makin pelan ketika mendekat posisi Munari dan Obos berdiri tegap.

Tiba-tiba kaca jendela belakang mobil turun perlahan dan muncullah senyuman khas Pak Harto.

"Selamat siang, Paak!" seru Munari dan Obos.

Melihat hal itu, Pak Harto tersenyum dan mengangguk kepada keduanya. Sementara mobil terus melaju pelan hingga menghilang selepas perempatan.

Peristiwa itu tak hanya membuat hati Munari dan Obos bahagia bukan kepalang tapi juga mengubah garis hidup keduanya.

Suatu siang pada bulan Juli 1986, utusan Siti Hardiyanti Rukmana atau Mbak Tutut datang ke RSCM mencari Munari.

Ia menyampaikan bahwa Mbak Tutut ingin bertemu. Munari dan Obos kemudian diajak ke Kantor Citra Lamtorogung Persada saat itu berada di lantai 23 Gedung Bank Bumi Daya, Jalan Imam Bonjol, Jakarta Pusat.

"Ini pengamen yang sering hormat sama Bapak, ya?" tanya Mbak Tutut yang kemudian meminta Munari dan Obos bernyanyi.

Waktu itu duet pengamen itu membawakan lagu Nenek-nenek Senam Pagi yang sedang populer. Saat itu juga sedang digalakkan program pemerintah yang terkenal dengan semboyan 'Mengolahragakan masyarakat dan memasyarakatkan olahraga'.

Rupanya, Munari dan teman-teman pengamen lainnya diminta menghibur tamu undangan dalam acara ulang tahun pernikahan Pak Harto dan Bu Tien.

Mbak Tutut kemudian menyediakan pelatih seni untuk melatih para pengamen itu agar terlihat profesional saat menghibur para tamu undangan.

Editor : Arif Handono

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut