“Ketika di perjalanan di Gunung Lawu didampingi oleh burung jalak lawu (jalak gading). Teman saya bercerita mitosnya burung itu susah untuk diabadikan atau difoto,” ujar Erick.
“Ketika perjalanan pulang saya coba foto burung tersebut karena penasaran. Akhirnya saya arahkan rombongan untuk lewat jalan yang benar. Saya turun ke sungai untuk foto burung jalak itu kemudian saya dapat foto, tapi saya berdiri di atas ranting yang di bawahnya sungai terjal akhirnya saya jatuh,” ujarnya.
Karyawan Lembaga Prestasi Indonesia Dunia (Leprid) itu mengungkapkan saat jatuh sempat tertahan di kayu pohon yang tumbang. Namun dia tak bisa naik ke atas karena terjal. Dia pun mulai bertahan hidup dengan membuat rumah dari dedaunan.
“Saat itu burung masih di depan saya. Karena mitosnya burung tersebut sakral sebagai pengantar rombongan orang keraton kalau ziarah ke puncak Gunung Lawu. Kemudian di situ saya bertahan hidup, saya membuat api ditutupi dengan daun mentah, biar ada kepulan asap,” kata pria kelahiran 29 Mei 1996 ini.
Menurutnya, dalam ilmu pencinta alam membuat api adalah biar membuat jiwa lebih tenang. Selain itu dirinya juga mencari tumbuhan pakis untuk dimakan.
Yang bikin merinding, dia mengungkapkan sempat melihat benda aneh pada malam hari.
Editor : Arif Handono