JAKARTA, iNewsMadiun.id - Inilah Amar Bharati, pria tua yang mengangkat tangannya selama 49 tahun. Sosoknya kini mendapatkan banyak sorotan dari warganet di seluruh dunia lantaran aksinya tersebut.
Namun tindakan uniknya ini justru membuat tangan kanannya menjadi kaku, mengecil, hingga tak bisa digerakkan lagi.
Lantas, bagaimana kisah Amar Bharati hingga membuatnya harus melakukan hal ekstrem tersebut? Simak ulasan lengkapnya berikut ini.
Amar Bharati, pria tua yang mengangkat tangannya selama 49 tahun
Amar Bharati merupakan pria asal India yang bekerja sebagai pegawai bank di tahun 1970-an. Di tengah-tengah menjalani kehidupan bersama sang istri dan ketiga anaknya, ia tiba-tiba menghilang.
Setelah ditelisik, Amar Bharati ternyata memutuskan untuk menjadi seorang Sadhu (Bhiksu dalam agama Hindu) dan menahan semua godaan duniawi.
Pada awalnya, ia masih sempat beberapa kali tergoda untuk melakukan hal-hal yang tidak diizinkan. Namun karena ingin benar-benar memantapkan keyakinannya, ia akhirnya memutuskan untuk melakukan sesuatu hal yang lebih drastis, yakni mengangkat tangannya hingga akhir hayatnya sebagai bentuk perwujudan iman dan penghargaan terhadap Dewa Siwa.
Ketika ditanya mengapa dia mengangkat tangannya, dia selalu menjawab bahwa tindakannya tersebut adalah langkah untuk melawan perang dan mendukung perdamaian dunia serta sebagai cara untuk menunjukkan rasa hormatnya kepada Dewa Siwa.
"Saya tidak meminta banyak. Mengapa kita berkelahi dengan anak-anak kita di antara kita sendiri? Mengapa ada begitu banyak kebencian dan permusuhan di antara kita? Saya hanya ingin semua orang India dan seluruh dunia untuk hidup dalam damai satu sama lain." tutur Amar Bharati dalam sebuah wawancara, dikutip pada Senin (18/7/2022) dari situs Jpost.com.
Tak langsung berjalan dengan mulus, tindakannya tersebut pernah mengalami kendala saat tangannya terasa sangat sakit akibat diangkat dalam waktu yang cukup lama.
Meskipun demikian, rasa sakit tak menghentikan niatnya untuk mempersembahkan pengabdian yang sempurna terhadap Dewa Siwa hingga ia dapat bertahan mengangkat tangannya.
Editor : Arif Handono