JAKARTA, iNewsMadiun.id - Kunarto meminta izin bertemu dengan Presiden Soeharto sebelum dilantik menjadi Kapolri pada 20 Februari 1991. Ia bingung bagaimana mengawali tugasnya menjadi pemimpin di tengah kebobrokan yang terjadi tubuh Polri waktu itu. Setelah menunggu beberapa waktu, pengajuan izinnya menghadap Soeharto dikabulkan.
Kunarto yang pernah menjadi ajudan Presiden Soeharto selama tujuh tahun (1979-1986) sangat senang karena ingin mendengar langsung arahan Pak Harto untuk jabatan yang akan diembannya. "Oh kamu, kapan pelantikannya?" tanya Soeharto seperti dikutip dari buku berjudul Pak Harto The Untold Stories (2012), Jumat (5/8/2022).
"Tiga hari lagi, Pak," jawab Kunarto. Baca juga: Ketika Soeharto Ingin Berhaji sebagai Warga Biasa Bukan Presiden Dalam pertemuan itu, Kunarto dalam bahasa Jawa bercerita bahwa ia cukup lama berada di luar Polri, sehingga bisa melihat banyak sekali kebobrokan di dalam tubuh Kepolisian Republik Indonesia itu.
Di luar dugaan, ia kemudian ditunjuk menjadi Kapolri yang berarti harus memperbaiki hal-hal yang tidak baik itu. "Saya tidak tahu harus berbuat apa dan harus memperbaikinya dari mana. Saya mohon petunjuk Bapak," tutur lulusan Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) tahun 1962 itu.
Soeharto tak langsung memberikan jawaban. Ia merenung cukup lama sambil bersandar di kursi kesayangannya. Kunarto yang telah siap dengan alat tulis untuk mencatat masukan dari Pak Harto pun ikut tenggelam dalam diam. Mantan Kapolda Nusa Tenggara Barat (1989-1990) itu berharap mendapat petunjuk seperti wejangan Prabu Rama kepada Wibisono, yang dalam pewayangan dikenal sebagai Hasta Brata.
Tiga menit berlalu, Presiden Soeharto masih merenung dalam posisi bersandar di kursi. Ia lalu duduk tegak dan mengambil rokok klobot (irisan tembakau dibungkus daun jagung) dan menyalakannya. Setelah isapan ketiga, Pak Harto baru bersuara. Tak banyak yang diucapkan. Hanya kalimat pendek. "Itu tidak sulit ya Kunarto, yang penting kamu baik. Asal kamu baik, maka semua akan baik," kata Soeharto.
Kunarto tak langsung merespons karena masih menunggu kelanjutannya. Namun setelah ditunggu beberapa saat Presiden Soeharto kembali berkata pendek. "Ya, itu saja," katanya singkat. Setelah mendapatkan wejangan itu, Kunarto langsung pamit dan keluar ruangan. Mantan Wakapolda Metro Jaya (1986) itu berjanji dalam hati untuk melaksanakan perintah Presiden Soeharto.
Dari wejangan itu, Kunarto yang resmi menjadi Kapolri (1991-1993) mengajak warga Polri untuk berikrar, "Tekadku Pengabdian Terbaik". Hubungan Kunarto dan Pak Harto cukup dekat. Pria kelahiran Yogyakarta, 8 Juni 1940 itu cukup lama menjadi ajudan Presiden Soeharto, dari 1979 hingga 1986. Dalam kacamata Kunarto, Pak Harto adalah tokoh yang patut diteladani. Kesehariannya bersahaja dan berpikirnya sangat maju.
"Kata-kata yang terucap dari bibirnya selalu punya makna yang dalam," tutur Kunarto yang menyiratkan kekaguman pada sosok Soeharto. Mungkin karena hubungan kedekatan itu, Kunarto menjawab dengan tegas menolak jika ditugasi memeriksa Soeharto pascalengser dari jabatan presiden pada 1998 silam.
"Tidak akan pernah saya lakukan. Dalam pandangan saya, Pak Harto bersih tanpa noda," ucapnya saat ditanya wartawan dalam sebuah seminar pada Oktober 1998. "Jika Presiden Habibie ingin memeriksa Pak Harto, silakan saja, asal jangan saya yang melakukan. Saya dapat memastikan tidak akan pernah ada penggunaan uang negara yang terkait dengan Pak Harto," kata Kunarto yang ditunjuk menjadi Wakil Ketua Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) setelah tak menjabat Kapolri.
Jenderal (Purn) Kunarto meninggal dunia di Rumah Sakit Internasional Surabaya pada 28 September 2011. Jenazahnya disemayamkan di STIK-PTIK Jakarta dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta-Selatan dengan upacara Kemiliteran.
Editor : Arif Handono