Dari sana dan dengan nasihat dari temannya yang berasal dari Kanada, Charles Turton, Kurnia pergi ke singapura untuk melakukan survei tentang supermarket. Dia mengunjungi supermarket modern di sana satu per satu.
Setelah itu, pada 23 Agustus 1971, dia akhirnya membuka Hero Mini Supermarket. Supermarket pertama di Indonesia dengan 16 karyawan ini berlokasi di Jalan Falatehan No. 23, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Namun perjalanan bisnisnya tak selamanya mulus, banyak makanan yang terbuang karena tidak terjual. Hal itulah yang membuatunya berinovasi dengan membangun gudang spesial untuk makanan segar untuk mengatur waktu kerja para pegawainya.
Ketika kebanyakan supermarket tutup pada hari Minggu dan libur. Kurnia justru memanfaatkan hal itu sebagai kesempatan. Dia membuat Hero menjadi pelopor jam belanja alternatif di Indonesia.
Hero Supermarket pun berkembang menjadi perusahaan ritel yang dihormati di Tanah Air. Sejak 1970, dia membuka cabang satu setiap tahunnya hingga akhirnya pada 1980 memiliki 9 cabang Hero Supermarket di Jakarta.
Kemudian pada 1989, Hero yang pada saat itu sudah memiliki 26 gerai dan 3.000 pemasok pun mencatatkan sahamnya di Bursa dengan kode HERO. Pada 1994 atau dua tahun setelah meninggalnya Kurnia, Hero Supermarket telah berkembang menjadi 56 supermarket.
Melengkapi kesuksesan Hero Supermarket, bisnis Hero Group berkembang menjadi beberapa grup, seperti Guardian, Starmart, dan banyak unit bisnis lainnya. Pada 2002, Hero Group meluncurkan hipermarket Giant yang merupakan lisensi dari Malaysia. Sementara Dairy Farm melalui kepemilikannya terhadap PT Hero Supermarket Tbk telah diberikan hak untuk waralaba IKEA di Indonesia.
Kesuksesan Hero tidak terlepas dari karakter dan sifat Kurnia. Rekan-rekannya mengenal Kurnia sebagai sosok yang ramah, polos, jujur, sopan, dan baik hati. Inilah yang membuat banyak orang suka bekerja dengannya dan sangat bersemangat untuk memajukan Hero bersama, didukung dengan kegigihan, keoptimisan, dan visi Kurnia.iNewsMadiun
Editor : Arif Handono