Dengan jumlah pasukan dan kelengkapan senjata berbeda jauh, ditambah posisi terdesak di pinggir jurang, satu per satu anggota pasukan gugur. Anggota Kostrad yang menjaga baris depan hampir seketika tumbang, diikuti tiga orang lain dari formasi belakang. Kalah jumlah dan persenjataan, pasukan ini mundur sampai pada bibir jurang. Satu-satunya jalan melalui celah bukit dan butuh waktu yang tepat agar mereka bisa lolos sebelum pasukan Fretilin menutup celah tersebut.
Pada momen krusial ini, Dantim memerintahkan anggota yang tersisa untuk meloloskan diri. Pratu Suparlan kemudian mengajukan diri untuk mengadang musuh, mengulur waktu agar pasukan kecil tersebut dapat melarikan diri dengan selamat. Pratu Suparlan lalu mengambil senapan mesin otomatis FN milik rekannya yang gugur lalu menghampiri pasukan Fretilin. Banyak tembakan mengenai tubuhnya. Saat itu dia sudah diperingatkan agar mundur.
Saksi mata mengatakan, Pratu Suparlan pada momen ini terlihat seperti banteng ketaton, mengejar pasukan Fretilin tanpa lelah meski dalam keadaan terluka. Setelah amunisi habis, dia belum juga menyerah. Bermodalkan pisau, Pratu Suparlan mengejar anggota Fretilin hingga masuk ke semak belukar untuk bertarung jaruk dekat, satu lawan satu. Meski sudah melemah, Pratu Suparlan masih sanggup menumbangkan enam anggota Fretilin.
Editor : Arif Handono
Artikel Terkait