Diberitakan sebelumnya, Suharso menceritakan pengalamannya ketika berkunjung ke pesantren tertentu yang saat itu ia mengaku masih menjabat sebagai Plt Ketua Umum PPP.
Seusai melakukan kunjungan dan bertemu kiai pesantren, ia mengaku ditanya apakah meninggalkan sesuatu.
Ia kemudian mendapat penjelasan bahwa jika melakukan kunjungan mesti membawa tanda mata.
“Bahkan sampai hari ini, kalau kami ketemu di sana itu salamannya itu enggak ada amplopnya, itu pulangnya di sesuatu yang hambar. This is the real problem that we are facing today,” ujar Suharso.
Suharso Monoarfa sendiri juga sudah meminta maaf telah menbuat kegaduhan atas pernyataannya tersebut.
Permintaan maaf itu disampaikan Suharso saat memberikan sambutan di acara Sekolah Politik PPP di Bogor, Jumat (19/8/2022).
“Saya mengaku itu sebuah kesalahan, saya memohon maaf dan meminta untuk dibukakan pintu maaf seluas-luasnya,” kata Suharso.
Suharso mengaku khilaf telah membuat perumpamaan atau ilustrasi mengenai 'amplop' kiai tersebut saat menyampaikan pidato dalam kegiatan Politik Cerdas Berintegritas (PCB) di Gedung ACLC KPK, Senin (15/8/2022) lalu.
Ia mengaku semestinya tidak menyampaikan ilustrasi tersebut di depan publik dan menimbulkan penafsiran yang keliru.
“Saya akui ilustrasi dalam sambutan itu sebuah kekhilafan dan tidak pantas saya ungkapkan,” kata Suharso.
Di sisi lain, ia mengaku menyesalkan tindakan pihak yang memotong pidatonya di KPK.
Menurutnya, tindakan itu membuat pernyataannya berada di luar konteks dan membangun opini yang membuat gaduh.
Suharso menuturkan pernyataannya yang beredar mengenai 'amplop' kiai itu merupakan respons terhadap sambutan Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron. Saat itu, ia memanggil Ghufron dengan sebutan kiai.
iNewsMadiun
Editor : Arif Handono
Artikel Terkait