
MADIUN,iNewsMadiun.id - Gembar gembor harga gabah kering panen dibeli Bulog cabang Madiun dengan harga Rp 6.500 ternyata jauh panggang dari api. Hal itu diungkapkan Wakil Ketua Petani Milenial Kabupaten Madiun Husein Fata Mizani, menyikapi lambanya serapan gabah oleh Bulog setempat.
Menurut Husein, apa yang diungkapkannya bukan tanpa dasar. Sebagai petani Milenial dirinya sering mendengar secara langsung keluhan petani muda maupun tua terkait sulitnya mengakses Bulog untuk menjual gabahnya. Kalaupun ada, waktunya lama bahkan kadang tidak jelas.
Akibatnya, sebagian petani lebih memilih menjual ke tengkulak meski dengan harga murah.
"Bulog lamban menyerapnya. Banyak petani curhat ke kami sulit Askes ke Bulog untuk jual gabah. Contohnya ada petani dari desa Sogo, Kecamatan Balerejo, curhat ke kami sebelum lebaran dijanjikan bahwa gabahnya akan diambil hari Rabu setelah lebaran. Tapi hari Selasa-nya diinformasikan bahwa hari Rabu tidak jadi diambil dengan alasan gudang penuh. Parahnya tidak ada informasi diundur sampai kapan. Hingga akhirnya kami mendatangi kantor Bulog Madiun. Baru setelah itu diambil sama Bulog," jelas Pemuda Wakil ketua Petani Milenial itu panjang lebar.
Bahkan karena banyaknya petani yang mengeluh sulit menjual gabahnya ke Bulog, Husein beranggapan bahwa Bulog tak mampu menyerap gabah petani saat panen.
"Bulog itu gak mampu menyerap Mas. Kemampuan serapan Bulog itu kecil pakai banget. Makanya kami speake up terus. Makanya petani dijual ke pedagang, karena gak mungkin menunggu Bulog, walau dengan harga 5,9 (Rp 5.900) /kilogramnya," tegas Husein melalui sambungan telepon, Jumat (11/04/2025).
Sebagai Wakil Ketua Petani Milenial, Husein berharap agar Bulog segera memperbaiki pola komunikasi dan kerja dengan semua pihak, khususnya dengan para petani, termasuk pendataannya.
"Kami berharap bulog segera memperbaiki alur komunikasi dan alur pendataanya sehingga nanti di panen raya kedepan bulog sudah bisa menguarai permasalah seperti ini, dan besar harapan kami kepada Kementan dan Presiden program ini akan terus berlanjut," tutupnya.
Sementara itu pempin Bulog Cabang Madiun Agung Sarianto membantah melakukan penundaan pembelian gabah milik petani. Menurutnya yang terjadi adalah pihaknya melakukan pengaturan pengambilan gabah karena keterbatasan alat pengeringan yang ada di Madiun.
"Jadi bukan menunda ya Mas, tapi kami melakukan pengaturan karena keterbatasan alat pengeringan yang ada. Kapasitasnya hanya 100 ton per hari, sementara jumlah panen petani besar," jelasnya melalui telepon, Jumat (11/04/2025).
Sebagai solusinya, pejabat yang baru menahkodai Bulog Cabang Madiun pada 8 April 2025 itu mengaku bekerjasama dengan mitra pengeringan yang ada di Madiun dan juga di bawa ke Ngawi.
"Solusinya kami bekerjasama dengan mitra pengeringan yang ada di Madiun, serta sebagain juga kami bawa ke Ngawi, agar serapannya lebih besar dan cepat. Kami berharap para petani bersabar, karena gabah kering panen mereka pasti kami ambil, cuma butuh pengaturan," tambahnya.
Editor : Arif Wahyu Efendi
Artikel Terkait