Syekh Syamsuddin al-Wasil, Pembimbing Rohani Prabu Jayabaya, Penyebar Islam Pertama di Kediri

Miftah H Yusufpati Sindonews
Makam Syekh Syamsuddin al-Wasil, penyebar Islam pertama di Kediri. Foto/Ilustrasi: koran memo/sindonews.com

Bersama-sama memohon dengan sangat kepada Bhatara Padmanabha. Untuk memperbaiki dan menjaga keindahan pulau tersebut. Dewa Hari ikut serta pergi ke sana. Kini ia telah benar-benar menjadi raja yang menyempurnakan lagi kehidupan hamba sahayanya. Ia adalah inkarnasi dari Madhusudana-awatara. Ia termasyhur dengan nama Sri Jaya-satru (Jayabhaya). Agastya yang suci tidak ketinggalan dan buru-buru berinkarnasi menjadi biksu pandhita-adhikara, menjadi guru sang raja yang percaya dengan ajarannya.

Ia menjadi pejabat tinggi yang dipatuhi di seluruh negeri. Raja memerintah di dunia dengan teguh. Semua musuh Sri Naranatha mengelu-elukannya disebabkan wibawa sang muni (petapa) yang besar, yang sangat mendalam pengetahuannya tentang mengatasi bahaya rohani. Ia berhasil menenteramkan kembali dunia. Setiap orang berusaha berbuat baik, hidup seperti santri mempelajari kitab suci. Kaum “parasit” yang miskin dan hina-dina mendadak didatangi kegembiraan.

Apa yang dipikirkan raja dalam hati. Uang berlimpah seperti hujan turun sepanjang tahun, terwujud dalam kenyataan, menjadikan raja bersenang-senang menikmati kebahagiaan. Baca juga: Kisah Prabu Jayabaya, Raja Kediri Pencipta Ramalan Jayabaya yang Melegenda Di dalam kakawin ini, digambarkan bahwa Pulau Jawa merupakan sebuah pulau yang indah dan megah. Masyarakatnya tenteram dan makmur. Nilai-nilai kebijaksanaan dijalankan secara baik oleh rakyat dan pemimpinnya. Sehingga, dengan jalinan antara alam subur nan indah dan masyarakat yang damai bersahaja, hampir-hampir Jawa bagaikan pulau impian.

Namun, lambat laun, kehidupan moral masyarakat Jawa bobrok, melenceng jauh dari nilai-nilai kebijaksanaan. Pemimpinnya adalah seorang penindas sehingga rakyatnya tertekan dalam kubangan rasa takut. Kesewenang-wenangan merajalela, alamnya dieksploitasi, kriminalitas di akar rumput tumbuh subur. Praktis, Pulau Jawa diliputi oleh kegelapan. Lantas, para dewa berkumpul di hadapan Hyang Aswi. Mereka sepakat untuk memohon kepada Bhatara Padmanabha untuk memperbaiki kehidupan masyarakat Jawa yang sudah bobrok, agar cahaya kehidupan kembali menyinari si pulau impian, dan agar cahaya itu menyala selama-lamanya.

Editor : Arif Handono

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network