Sekolah tersebut bernama Madrasah al-Maarif al-Wataniyah Fatani, yang diresmikan tahun 1933 oleh Perdana Menteri Thailand. Sekolah ini dibangun atas kesadaran Haji Sulong bahwa rakyat Pattani berhak mendapat pendidikan layak. Haji Sulong sebagai bagian dari komunitas Jawi (Melayu) sempat berseteru dengan pemerintah Thailand. Pada masa itu, Jenderal Phibunsongkhram yang menempati posisi Perdana Menteri (menjabat pada 1938-1944 dan 1948-1957) mengusung ideologi “Thainess” di mana setiap warga negara Thailand harus menjadi Buddhis, berbicara bahasa Thai dan mencintai monarki.
Thainess juga menciptakan sentimen bahwa etnis Thai lebih unggul dibanding etnis lainnya. Ini tentu merugikan etnis lain yang bermukim di Thailand, salah satunya komunitas Jawi. Dianggap sebagai pemberontak, Haji Sulong lantas ditangkap dan dipaksa untuk menghentikan aktivitasnya. Hal ini dipandang sebagai penghinaan bagi komunitas Jawi, yang kemudian dianggap separatis oleh pemerintah Thailand. Haji Sulong sempat mendekam di penjara selama empat tahun.
Ia dibebaskan pada 1952, namun berada di bawah pengawasan ketat negara. Pada 13 Agustus 1954, pemerintah Thailand memerintahkan Haji Sulong dan putra sulungnya untuk melapor ke kantor kepolisian Songkhla. Namun dalam perjalanan menuju kantor polisi, mereka menghilang secara misterius. Tidak ada yang tahu di mana keberadaannya dan siapa bertanggung jawab atas menghilangnya Haji Sulong.
Kuat dugaan, Haji Sulong, putranya, dan dua orang lainnya yang bersama mereka, dihilangkan secara paksa oleh pemerintah. Sampai saat ini, Haji Sulong telah menghilang selama 67 tahun, 9 bulan dan 26 hari.
Editor : Arif Handono