get app
inews
Aa Text
Read Next : Presiden Jokowi, Indonesia Siap Menjembatani Komunikasi Rusia-Ukraina

Update Perang Rusia-Ukraina, Rusia Bongkar Siapa Saja yang Untung dari Krisis Ukraina

Rabu, 01 Juni 2022 | 17:08 WIB
header img
Kapal tanker gas alam cair (LNG) ditarik kapal tongkang menuju pembangkit listrik di Futtsu, timur Tokyo, Jepang. Foto/REUTERS/Issei Kato

MOSKOW, iNewsMadiun.id - Update Perang Rusia-Ukraina. Berbagai perusahaan dan lembaga keuangan Amerika Serikat (AS) sedang melakukan ekspansi cepat ke Eropa, menggunakan krisis di Ukraina untuk keuntungan mereka.

Pernyataan itu diungkapkan Sekretaris Dewan Keamanan Rusia Nikolay Patrushev sebagai peringatan keras selama pertemuan badan tersebut pada Selasa (31/5/2022). “Antara lain, perusahaan-perusahaan AS telah mengambil kendali mereka di segmen pasar gas Eropa," ujarnya.

“Semikonduktor dan sektor teknologi tinggi lainnya dari ekonomi Eropa juga sangat menarik bagi Amerika,” tutur Patrushev. Rusia adalah pemasok utama energi ke Uni Eropa (UE), khususnya gas alam, sebelum krisis Ukraina menimbulkan keraguan pada masa depan perdagangan. Mengikuti AS, Brussel memberlakukan berbagai sanksi ekonomi terhadap Moskow, mengklaim bahwa sanksi bertujuan memberi harga pada serangan Rusia ke Ukraina dan memaksa mundur.

Uni Eropa telah menempatkan embargo pada batubara dan minyak mentah Rusia. UE juga menyatakan akan sepenuhnya memotong pasokan di tahun-tahun mendatang. Bahkan sebelum permusuhan, AS telah menekan negara-negara Eropa untuk mengurangi perdagangan mereka dengan Rusia. Kritikus mengatakan Washington tertarik memaksa gas Rusia keluar dari Eropa dan menggantinya dengan gas alam cair Amerika yang lebih mahal.

Seorang pejabat era Trump pernah menggambarkan produk AS sebagai "molekul kebebasan" karena pemerintah menuntut agar Jerman menghapus pipa gas Nord Stream 2. Proyek pipa gas yang sepenuhnya selesai dan hanya menunggu persetujuan peraturan dari Jerman, ditangguhkan setelah Rusia melancarkan serangannya terhadap Ukraina.

Rusia menyerang negara tetangga itu pada akhir Februari, menyusul kegagalan Ukraina mengimplementasikan persyaratan perjanjian Minsk, yang pertama kali ditandatangani pada 2014, dan pengakuan akhirnya Moskow atas republik Donbass di Donetsk dan Lugansk. Protokol yang diperantarai Jerman dan Prancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.

Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS. Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan telah membantah klaim pihaknya berencana merebut kembali kedua republik dengan paksa.iNews Madiun
 

Editor : Arif Handono

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut