get app
inews
Aa Text
Read Next : Presiden Jokowi, Indonesia Siap Menjembatani Komunikasi Rusia-Ukraina

Idul Fitri Tanggal 2 Mei 2022, Ini 9 Alasan Kenapa Muhammadiyah Memilih Hisab

Selasa, 26 April 2022 | 04:51 WIB
header img
Ada 9 alasan mengapa persyarikatan Muhammadiyah yakin menggunakan hisab dalam penentuan awal bulan kamariah, Foto/Ilustrasi: Muhammadiyah.or.id

PERSYARIKATAN Muhammadiyah mengeluarkan keputusan hari Lebaran di jauh-jauh hari dengan menggunakan metode hisab. Berdasarkan metode wujudul hilal, Muhammadiyah memutuskan bahwa 1 Syawal 1443 H jatuh pada Senin, 2 Mei 2022 M. Tidak ada yang meragukan bahwa Nabi Muhammad SAW menggunakan rukyat dalam penentuan awal bulan kamariah. Bahkan pandangan para ulama mazhab sepakat menyatakan bahwa salah satu syarat masuknya bulan Ramadan adalah melihat hilal.

Lantas mengapa Muhammadiyah malah menggunakan hisab? Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Rahmadi Wibowo dalam acara Sosialisasi Ketarjihan pada Sabtu (23/04/2022) sebagaimana dilansir laman resmi Muhammadiyah hari ini, Ahad 24 April 2022, menyampaikan 9 alasan mengapa persyarikatan Muhammadiyah yakin menggunakan hisab dalam penentuan awal bulan kamariah, di antaranya:

1. Semangat Al-Qur'an adalah penggunaan hisab

Dalam Al-Qur'an terdapat dua ayat yang mengandung isyarat yang jelas kepada hisab, QS. Ar-Rahman ayat 5. Ayat ini tidak sekadar memberi informasi, tetapi juga mendorong untuk melakukan perhitungan terhadap gerak matahari dan bulan. Sedangkan dalam QS. Yunus ayat 5 menyebutkan bahwa menghitung gerak matahari dan bulan sangat berguna untuk mengetahui bilangan tahun dan perhitungan waktu.

2. Hadis-hadis yang memerintahkan rukyat adalah perintah berillat.

Menurut Rasyid Ridha dan Musthafa az-Zarqa, perintah rukyat dalam beberapa hadis Nabi Saw merupakan perintah yang mengandung illat atau memiliki alasan hukum, yaitu kondisi umat pada saat itu masih belum mengenal tulis baca dan hisab (ummi), apalagi pada waktu itu Islam baru berkembang di daratan jazirah Arab, sehingga untuk memudahkan Nabi SAW memerintahkan sarana yang tersedia saat itu, yaitu rukyat. Dalam keadaan umat Islam yang telah tersebar luas, rukyat tidak dapat mencakup seluruh permukaan bumi saat visibilitas pertama.

3. Rukyat bukan ibadah, melainkan sarana

Metode rukyat bukan bagian dari ibadah mahdlah, melainkan alat untuk menentukan waktu. Penggunaan rukyat tidak memungkinkan kita meramalkan tanggal jauh hari ke depan karena kepastian tanggal baru diketahui sehari sebelum bulan baru pada setiap bulan. Sebagai alat, rukyat dapat diubah dengan model penghitungan secara eksak demi tercapainya suatu tujuan. Lagipula, dalam hadis Nabi SAW tentang penentuan awal bulan, yang menjadi ibadah mahdlah adalah puasa, bukan rukyat.

4. Rukyat tidak bisa digunakan untuk membuat kalender unifikatif

Pembuatan kalender mau tidak mau harus menggunakan perhitungan astronomis, karena sangat mustahil manajemen waktu terbuat dari aktivitas mengamati hilal. Akan sangat merepotkan bila pembuatan kalender menggunakan rukyat, karena kaverannya sangat bersifat terbatas pada letak geografis tertentu pada hari pertama visibilitas hilal. Hal ini akan berakibat pada berbedanya tanggal hijriyah di berbagai tempat.

5. Rukyat tidak dapat meramalkan tanggal jauh hari ke depan

Penggunaan rukyat tidak dapat menyatukan hari-hari raya Islam di seluruh dunia, serta tidak dapat menata sistem waktu secara prediktif ke masa depan maupun ke masa lalu. Kenyataan ini membawa akibat serius seperti selama 1500 tahun, Islam belum memiliki kalender Islam terpadu dan komprehensif yang dijadikan sebagai acuan bersama.

Editor : Arif Handono

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut