JAKARTA, iNewsMadiun.id - Doni Salmanan baru saja dilaporkan ke bareskrim atas beberapa kasus. Mulai perkara dugaan judi online, penyebaran berita bohong (hoaks), dan tindak pidana pencucian uang (TPPU). Siapakah Doni Salmanan? Dony Salmanan dikenal Crazy Rich Bandung awalnya bekerja sebagai penjahit, dengan penghasilan Rp800 perbulannya.
Padahal banyak pengeluaran yang harus ditanggung, mulai dari uang sekolah anak-anaknya, listrik, makan, dan lain lain. “Saya tidak ingin menjadi beban untuk keluarga, saya ingin membantu keluarga, sekaligus membuat orangtua saya bangga. Itulah yang menjadi motivasi terkuat saya,” kata Doni Salmanan dikutip dari Okezone, Sabtu (5/3/2022).
Doni Salmanan (Doddy Handoko/Okezone)
Profil Doni Salmanan ini sudah malang melintang di Okezone sejak 2021. Doni lantas menjadi tukang parkir dengan menyisihkan uangnya yang hanya Rp10 ribu hingga Rp20 ribu untuk ke warung internet (Warnet). Ia pun mulai belajar mencari berbagai peluang untuk menjadikannya sukses. Awalnya sempat mencoba Bitcoin, dengan modal seadanya, namun kurang berhasil. Dia kemudian tertarik dengan trading. Ia mempelajari seputar instrumen trading seperti cryptocurrency, saham, forex, dan lainnya.
Pada 2018 setelah mulai memahami trading, ia memberanikan diri untuk meminjam uang untuk menjadi modal trading sebesar Rp500 ribu. Modal itu digunakan untuk membuka rekening bank, dan sisanya ditukarkan sebanyak USD20 dollar. Satu bulan kemudian modal tersebut berhasil berkembang menjadi USD2000, sampai menjadi seperti sekarang. Kesuksesan telah diraihnya, selain mengkoleksi beberapa mobil mewah dan sepeda motor, ia juga merencanakan untuk membuka usaha SPBU dan beberapa agen gas yang sedang dalam proses perizinan.
Ia mengaku ingin terus membantu banyak orang karena pernah merasakan susahnya mencari uang dengan telah berjanji pada dirinya untuk terus berbagi kepada yang membutuhkan. Doni berpesan pada anak muda yang ingin mencoba trading seperti dirinya, untuk mempelajarinya sendiri, dan mencobanya sendiri.
"Jangan menitipkan modal kepada perorangan ataupun lembaga yang tidak terpercaya, karena hal tersebut merugikan dan juga tidak menjadikan kita semakin pintar dalam dunia trading," ungkapnya.
Editor : Arif Handono