JAKARTA, iNewsMadiun.id - Demi mengurangi ketergantungan impor BBM, Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) mulai melakukan uji coba pembuatan bahan bakar dari minyak sawit atau bensa skala demo plant untuk kendaraan bermotor.
Bensa berkualitas tinggi ini akan menjadi parameter penyusunan Feasibility Study (FS) dan Detail Engineering Design (DED). Pemerintah berencana bisa memproduksi bensa berkapasitas 238,5 kiloliter (kl) per hari yang akan dibangun di Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan dan Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.
"Saya berkesempatan melihat langsung proses dari crude palm oil (CPO) ke bensin, ide ini sudah lama diinisiasi oleh Institut Teknologi Bandung, Profesor Subagjo dan teman-teman, dan kemudian dua tahun yang lalu kita dorong supaya bisa di-scale up dari hasil skala laboratoriumnya," kata Menteri ESDM Arifin Tasrif dalam keterangan, dikutip Kamis (27/1/2022).
Dia menjelaskan, skala pilot plant berkapasitas 1.000 liter umpan per hari itu sudah bisa menghasilkan bahan bakar bensa yang pada saat katalisnya masih segar bisa menghasilkan bahan bakar dengan Research Octane Number (RON) 115 atau bahan bakar berkualitas tinggi.
Produk bensa yang menghasilkan energi berkualitas tinggi sesuai dengan tuntutan zaman, di mana masyarakat dunia sudah lebih peduli dengan penggunaan energi ramah lingkungan. Arifin menuturkan, tuntutan ke depan memang harus menggunakan energi yang bersih atau terbarukan.
"Untuk itu langkah ini sudah tepat, tinggal bagaimana kita melaksanakanya agar proyek ini memiliki nilai komersial yang kompetitif," ujarnya.
Bensa merupakan salah satu jenis bahan bakar nabati (BBN) yang terus didorong pengembangannya oleh pemerintah untuk mencapai kemandirian energi dengan mengurangi impor BBM maupun LPG, yang membebani keuangan negara.
"Kita punya batu bara, sawit dari hasil perkebunan. Kita upayakan untuk bisa ditingkatkan produksinya. Kalau tidak, maka kita akan menjadi negara yang tergantung impor. Berapa banyak devisa yang harus kita keluarkan dan berapa banyak biaya subsidi yang harus kita alokasikan?" tutur Arifin.
Menurutnya, bensa saat ini masih tahap pilot project, masih butuh perjuangan yang panjang untuk menuju tahap komersial. Namun dari skala laboratorium, dari pilot plant, sudah bisa mengambil parameter-parameter penting bagaimana menuju ke arah skala produksi yang komersial.
"Jadi, kita sampaikan kepada tim ITB untuk terus semangat mempercepat proses-proses percobaan dan juga memikirkan ke depannya untuk menjadi skala komersial yang memang bisa dimanfaatkan bukan hanya di dalam negeri, mudah-mudahan juga bisa diekspor ke luar negeri," ujar Arifin. iNews Madiun
Editor : Arif Handono