Guntur baru menyadari bahwa Ganjar sebenarnya tidak memiliki rumah pribadi di Semarang, meskipun telah mengabdi selama 10 tahun. Ganjar sebaliknya memiliki rumah di Sleman, Yogyakarta. "Apakah Mas Ganjar tidak memiliki rumah pribadi di Semarang?" tanya saya. "Tidak, Mas, rumah Pak Gub selama ini berada di Jogja, tidak ada di Semarang," jawab salah satu staf.
Guntur kemudian memeriksa Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) yang rutin dilaporkan oleh Ganjar ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). "Setelah saya periksa, memang tidak ada kepemilikan rumah oleh Mas Ganjar di Semarang. Yang ada hanyalah daftar tanah dan bangunan di Purbalingga dan Sleman, yang berasal dari warisan dan hasil kerja sendiri," jelasnya.
Malam itu, Guntur menemukan sisi lain dari kesederhanaan Ganjar sebagai sosok yang benar-benar menjalankan amanat rakyat dan tidak memanfaatkan jabatannya untuk keuntungan pribadi. "Tagline Mas Ganjar selama memimpin Jateng bersama Gus Yasin, 'mboten ngapusi, mboten korupsi,' ternyata bukan sekadar slogan, melainkan kenyataan yang dijalankan," ungkapnya.
Guntur tidak heran bahwa warga Jawa Tengah sangat mencintai Ganjar dan merasakan kehilangannya dengan kesedihan dan keharuan. "Mas Ganjar benar-benar berfokus pada pelayanan kepada rakyat, tanpa memikirkan dirinya sendiri. Baginya, rakyat adalah tuannya, sesuai dengan kata-kata yang sering disampaikannya, 'tuanku adalah rakyat, gubernur hanya mendapatkan mandat,'" tambahnya.
Editor : Arif Handono