JAKARTA, iNewsMadiun.id – Jika harus memilih, Robert Pershing Wadlow barangkali tidak akan memilih hidup dengan tinggi 2,72 meter. Namun takdir membuat Wadlow tercatat sebagai manusia tertinggi yang pernah ada dalam sejarah manusia abad ke-19.
Ada kisah sedih di balik popularitas Wadlow sebagai manusia tertinggi yang pernah ada. Umur pendek manusia tertinggi di dunia, seperti apa kisahnya?
Wadlow lahir di Alton, Illinois, AS, pada 22 Februari 1918. Saat pertama kali menghirup udara di dunia ini, beratnya 3,8 kg dan panjang badan 51 cm. Kondisi itu terbilang normal, seperti bayi yang sehat pada umumnya. Akan tetapi, tubuhnya mengalami pertumbuhan pesat dalam bilangan bulan dan tahun berikutnya.
Sewaktu baru berumur 6 bulan, tingginya mencapai 88 cm dengan berat 14 kg. Dan pada usia 6 tahun, tingginya sudah 170 cm dengan berat 66 kg seperti layaknya orang dewasa. Dilansir dari laman Guinness World Records, sebagai gambaran betapa tinggi dan besarnya Wadlow, pada saat usianya 22 tahun, tingginya mencapai 2,72 m.
Berat badannya nyaris 200 kg, atau tepatnya 199 kg. Sementara ukuran sepatunya menurut standar Amerika Serikat adalah 37AA (47 cm). Sayangnya, karena tinggi dan berat badannya yang ekstrem, Wadlow mengalami cedera kaki sepanjang hidupnya.
Kondisi tersebut menyebabkannya membutuhkan perhatian medis di Rumah Sakit Barnes di St Louis, Missouri, beberapa kali, menurut artikel surat kabar yang ditranskripsikan oleh Illinois Genealogy Trails. Dalam satu kesempatan pada 1932, Wadlow dibawa ke rumah sakit setelah terpeleset di jalan saat bermain dengan seorang teman.
Saat itu, usianya baru 14 tahun. Akibat peristiwa itu, dua tulang di kakinya ditemukan patah dan sejak saat itu, Wadlow harus memakai penyangga pergelangan kaki untuk menopang perawakannya yang besar.
Pada umur 17 tahun, Wadlow dirawat di rumah sakit selama delapan minggu karena infeksi yang disebabkan alas sepatu yang dirancang untuk menopang lengkungan kakinya. Dibutuhkan delapan pria dan tandu yang diperkuat untuk membawa Wadlow ke rumah sakit.
Editor : Arif Handono