Setelah menolak pergi ke rumah sakit, Wadlow dirawat oleh seorang dokter di kamar hotelnya. Meskipun menerima operasi darurat dan transfusi darah, kondisinya semakin memburuk. Ketika mengetahui penyakit putranya, Harold Wadlow, langsung terbang ke Michigan bersama adik laki-laki Robert Wadlow, Harold Jr.
“Saat kami melihat Robert di Michigan, dia sangat pendiam. Suhu tubuhnya sangat tinggi,” kenang Harold Jr dalam wawancara dengan Dan Brannan untuk buku Boy Giant. Pada malam 14 Juli 1940, Robert berbicara kepada orang tuanya untuk terakhir kalinya.
Lelaki berusia 22 tahun yang terbaring di tempat tidur itu mengungkapkan kesedihannya karena tidak bisa menghadiri perayaan ulang tahun pernikahan emas kakek neneknya di akhir bulan. “Dokter bilang aku tidak akan pulang untuk...perayaan,” ujarnya kala itu. Robert Wadlow tertidur malam itu, dan tidak pernah bangun lagi.
Sumber https://www.inews.id/news/internasional/kisah-sedih-manusia-tertinggi-di-dunia-meninggal-di-usia-muda.
Editor : Arif Handono