get app
inews
Aa Text
Read Next : Ini Dia 12 Kampung Tematik Kota Madiun, Ada Sport Centre hingga Peceland

Viral: Praktik Dukun Samsudin Jadab di Blitar, Ansor: Ngaku Gus Harus Jelas Nasabnya

Selasa, 02 Agustus 2022 | 23:54 WIB
header img
Bendahara Ansor Jatim M Fawait. (istimewa).

SURABAYA, iNewsMadiun.idHeboh praktik perdukunan pemilik Padepokan Nur Dzat Sejati di Blitar, Syamsudin Jadab mengundang reaksi Ansor Jatim. Selain karena diduga mengandung unsur penipuan, pengakuan Samsudin sebagai gus (sebutan anak kiai) juga dipertanyakan.

Bendahara GP Ansor Jawa Timur (Jatim) Muhammad Fawait mengatakan, istilah kiai dan gus cenderung disalahdipahami masyarakat. Sebaliknya, beberapa orang juga kerap memanfaatkan panggilan tersebut untuk mengambil keuntungan.

"Ini yang harus diluruskan. Kalau kiai atau ulama itu harus jelas sanad keilmuannya. Sedangkan gus harus jelas nasabnya. Jadi masyarakat jangan mudah percaya pada orang yang mengaku kiai atau gus. Lihat dulu sanad dan nasabnya," ujar pengasuh Pondok Pesantren Nurul Chotib Al Qodiri IV Jember itu, Selasa (02/08/2022).

Pria yang akrab disapa Gus Fawait ini prihatin pada fenomena yang terjadi di masyarakat. Menurutnya saat ini seseorang sangat mudah mendapat predikat kiai atau gus.

Tokoh Muda NU ini mencntohkan, ada orang memakai jubah atau sorban langsung disebut kiai. Padahal tidak pernah mondok, apalagi mengasuh pondok pesantren. Bahkan justru berpraktek sebagai paranormal atau dukun.

"Demikian juga dengan istilah gus. Itu adalah sebutan untuk anak kiai di Pulau Jawa. Untuk menghormati bapaknya yang seorang kiai. Jadi tidak boleh sembarangan menyebut seseorang sebagai gus. Cari tahu dulu dia anak kiai siapa, di mana pondok pesantrennya," ujar Fawait.

Presiden Laskar Sholawat Nusantara ini mengungkapkan, segala hal itu harus diposisikan sesuai pada tempatnya, termasuk istilah atau penyebutan kiai atau gus dalam kehidupan bermasyarakat. Dia mengingatkan, sebutan kiai, gus, lora atau yek merupakan sebuah penghormatan dan sarat maknanya. Karena itu harus disematkan kepada orang yang tepat dan memang berhak.

"Banyak kasus terjadi, orang yang melakukan praktik perdukunan menyebut dirinya kiai atau gus. Hal itu untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat. Tapi ujung-ujungnya mencari keuntungan pribadi. Ini tentu merugikan kiai dan gus yang benar-benar asli," kata Ketua Fraksi Gerindra DPRD Jatim tersebut.

Diketahui pemilik Padepan Nur Zat Sejati menyebut dirinya Gus Samsudin. Belakangan namanya ramai dibicarakan setelah praktik perdukunannya dibongkar pesulap merah yang ditengarai hanya trik dan bukan asli.

Tak hanya itu, warga sekitar padepokan juga geram dan meminta padepokan tersebut ditutup. Pasalnya, praktik yang dilakukan laki-laki yang menyebut dirinya Gus Samsudin Jadab merupakan penipuan.

iNewsMadiun

Editor : Arif Handono

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut