JAKARTA, iNewsMadiun.id - Kesuksesan Taman Safari Indonesia tidak terlepas dari sosok Jansen Manangsang.
Direktur Taman Safari Indonesia tersebut, ikut membantu ayahnya, Hadi manangsang, merintis berdirinya Taman Safari Indonesia yang kini menjadi suaka margasatwa ternama di Indonesia.
Untuk pertunjukan tersebut, tentu saja Jansen dan kedua adiknya harus mempelajari berbagai macam pelatihan akrobat. Mereka harus berlatih handstand selama minimal 45 menit setiap harinya.
Beberapa kali akrobat tersebut menghadirkan artis terkenal hingga hewan sirkus untuk menarik penonton. Seiring berjalannya waktu, nama akrobat tersebut kemudian diganti menjadi Oriental Circus Indonesia.
Jansen dan kedua adiknya secara suka rela membantu ayahnya untuk mempersiapkan segala keperluan sirkus dan akrobat seperti melatih satwa, menyediakan konsumsi, menjahit tenda, mengangkat peralatan, dan mengurus perizinan.
Namun pada tahun 1970, saat Indonesia mengalami masa-masa ekonomi sulit, keluarga Manangsang menghadapi kendala untuk pengelolaan dan pendanaan untuk menghidupi ratusan ekor satwa.
Hadi kemudian memutar otak dan mencetuskan ide untuk membuat kebun binatang. Hal ini, bertujuan agar saat musim hujan dan sirkus tidak berjalan, Hadi dan ketiga anaknya dapat mengembangbiakkan satwa mereka dan para karyawan tetap memiliki pekerjaan.
Dia juga berharap para pengunjung dapat melihat satwa dan ikut peduli terhadap satwa serta lingkungan. Mereka pun mendirikan kebun binatang yang kemudian bertransformasi menjadi Taman Safari Indonesia.
Transformasi menjadi Taman Safari Indonesia tercetus saat keluarga Manangsang harus membawa Tony Manangsang untuk menjalani pengobatan di Australia akibat digigit harimau.
Saat menjalani pengobatan, keluarga Manangsang melihat sebuah safari dan memiliki ide untuk membuat taman safari agar para satwa bisa hidup di lingkungan alami.
Saat kembali ke Indonesia, mereka langsung mencari tempat dan ditemukanlah Cisarua yang dahulunya adalah lahan teh yang sudah tidak produktif lagi.
Ide ini mereka jelaskan kepada pemerintah dan pemerintah menyambut hangat ide tersebut dan memberikan dukungan penuh. Kemudian dibuka lah laham seluas 60 hektar dan beberapa ahli pembangunan turut dilibatkan.
Setelah lebih dari 50 tahun, kini TSI memiliki lebih dari 7.500 ekor satwa. Unit lain juga turut dikembangkan yakni Taman Safari Indonesia II di Prigen, Bali Safari & Marine Park di Gianyar, Batang Dolphin Center, dan Jakarta Aquarium.
iNewsMadiun.id
Editor : Arif Handono