Mitos
Kolonialisme yang terjadi hingga pertengahan abad ke 20 bukan hanya dalam bentuk penjajahan secara fisik, melainkan penjajahan pikiran. Inilah yang menjadi persoalan. Meskipun Negara kita sudah merdeka (yang ditandai dengan Proklamasi 17 Agustus 1945), tetapi alam pikiran kita belum bebas dari sisa-sisa penjajahan tempo dulu. Tentu saja tanpa kita sadari.
Penjajahan pikiran ini antara lain tercermin dalam berbagai mitos yang berkembang di negeri ini, baik mitos terhadap tokoh (Sukarno, Pangeran Diponegoro, dan lain-lain), mitos terhadap tempat (makam keramat, Gunung, dan lain-lain), mitos terhadap benda purbakala (candi, menhir, keris dan lain-lain).
Harus diakui, penilaian terhadap mitos itu relatif: ada mitos baik, mitos buruk, mitos benar dan mitos salah. Atau dengan kata lain, apapun mitos yang selama ini berkembang di masyarakat masih tetap dapat diperdebatkan nilai dan fungsinya.
Mitos itu juga terjadi terhadap Ronggowarsito. seorang putra terbaik yang pernah dimiliki bangsa ini. Sosok fenomenal ini dikenal karena kecerdasan supranaturalnya yang jauh di atas orang-orang cerdas pada masanya. Bahkan hingga kini, kecerdasan supranaturalnya belum tertandingi siapapun.
Dalam berbagai buku, makalah, seminar, skripsi, disertasi, tulisan di internet dan ulasan berbagai media, senantiasa menempatkan Ronggowarsito sebagai pujangga dan peramal terbaik yang pernah dimiliki bangsa ini.
Ronggowarsito terkenal karena karya-karyanya mengandung bermacam ramalan hingga ratusan tahun ke depan. Berikut petikannya:
Amenangi zaman edan,
Ewuh aya ing pambudi,
Milu edan nora tahan,
Yen tan milu anglakoni,
Boya kadumen melik,
Kaliren wekasanipun,
Ndilalah kersa Allah,
Begja begjane kang lali,
Luwih begja kang eling lawan waspada,
Maknanya:
Menyaksikan zaman gila,
Serba susah dalam bertindak,
Ikut gila tidak akan tahan,
Tapi kalau tidak mengikuti (gila),
Tidak akan mendapat bagian,
Kelaparan pada akhirnya,
Namun telah menjadi kehendak Alloh,
Sebahagia-bahagianya orang yang lalai (lupa),
Akan lebih bahagia orang yang tetap ingat dan waspada.
Istilah Zaman Edan tersebut di atas memang diperkenalkan oleh Ronggowarsito dalam Serat Kalatida, yang terdiri atas 12 bait tembang Sinom. Syair di atas menurut analisis seorang penulis bernama Ki Sumidi Adisasmito adalah ungkapan kekesalan hati pada masa pemerintahan Pakubuwono IX yang dikelilingi para penjilat yang gemar mencari keuntungan pribadi. Syair tersebut masih relevan hingga zaman modern ini di mana banyak dijumpai para pejabat yang suka mencari keutungan pribadi tanpa memedulikan kerugian pihak lain.
Karya-karya Ronggowarsito yang terkenal diantaranya: Serat Kalatida berisi gambaran penjajahan yang disebut Zaman Edan. Serat Jaka Lodang berisi ramalan datangnya Zaman Baik dan Serat Sabdatama yang berisi ramalan tentang sifat Zaman Makmur dan Perilaku Manusia yang Tamak. Bahkan menjelang akhir hayatnya, beliau menulis Serat Sabdajati yang diantaranya berisi ramalan saat kematiannya sendiri.
Namun demikian, sosok fenomenal yang namanya selalu diidentikkan dengan julukan peramal ulung ini tampaknya tidak sesuai lagi disematkan pada Ronggowarsito. Julukan peramal adalah mitos menyesatkan yang dengan atau tanpa sengaja tertanam ke dalam benak masyakarat. Dengan kata lain, Ronggowarsito memiliki kecerdasan yang lebih dari sekadar seorang peramal. Ronggowarsito adalah filsuf besar Nusantara.
Bukan Sekadar Peramal
Menempatkan Ronggowarsito sebagai filsuf besar Nusantara, daripada sekadar pujangga dan peramal, diuraikan dalam buku Mengenali Ronggowarsito sebagai Filsuf. Ketika Pemikiran Filsafat Dianggap Ramalan (Bidik-Phronesis Publishing, Jakarta, Mei 2012). Buku ini ditulis Prof. Lilik Sofyan Achmad (LSA), dosen senior Universitas Nasional, Jakarta, yang sejauh ini dikenal tekun dalam meneliti dan mengkaji karya-karya Ronggowarsito.
Gagasan penulisan buku ini berawal dari sebuah pertanyaan besar: Apakah pemikiran-pemikiran Ronggowarsito hanya berisi ramalan-ramalan belaka?
Pertanyaan inilah yang membawa LSA menelusuri secara jernih, teliti dan tajam terhadap seluruh karya Ronggowarsito. Lalu dari hasil kajiannya selama bertahun-tahun, LSA menyimpulkan bahwa pemikiran-pemikiran Ronggowarsito terbukti memiliki sistematika yang logis. Inilah yang secara meyakinkan menempatkan Ronggowarsito sebagai seorang filsuf besar yang pernah dimiliki bangsa ini.
Hasil kajian LSA dalam hal pembuktian Ronggowarsito sebagai filsuf besar Nusantara yang sejajar dengan filsuf-filsuf besar dunia dan bukan sekadar pujangga kraton dan peramal.
Editor : Arif Handono