get app
inews
Aa Text
Read Next : Ini Dia 12 Kampung Tematik Kota Madiun, Ada Sport Centre hingga Peceland

Waspada! Krisis Moneter Bakal Melanda Sri Mulyani Meminta Semua Pihak Melihat Potensi Krisis

Senin, 20 Juni 2022 | 05:44 WIB
header img
Apakah Krisis Keuangan akan Terjadi Kembali? Foto: Ilustrasi/Pixabay

JAKARTA, iNewsMadiun.id - Krisis moneter tampaknya bakal melanda negeri. Sebagaimana terjadi pada Sri Lanka yang menjadi salah satu negara yang mengalami krisis moneter hingga pangan saat ini. Lalu apakah krisis keuangan akan terjadi kembali di dunia?  Tunggu dulu. Sebelum menjawabnya, ketahui apa itu krisis moneter atau krisis keuangan.

Mengutip Investopedia, saat krisis keuangan, harga aset mengalami penurunan nilai yang tajam, bisnis dan konsumen tidak dapat membayar utang mereka, serta lembaga keuangan mengalami kekurangan likuiditas. Krisis keuangan sering dikaitkan dengan kepanikan atau bank run, di mana investor menjual aset atau menarik uang dari rekening tabungan karena takut nilai aset tersebut akan turun jika tetap berada di lembaga keuangan.

Situasi lain yang mungkin diberi label krisis keuangan termasuk pecahnya gelembung keuangan spekulatif, jatuhnya pasar saham, gagal bayar obligasi asing, atau krisis mata uang. Krisis keuangan mungkin terbatas pada bank atau menyebar ke seluruh ekonomi tunggal, ekonomi suatu wilayah, atau ekonomi di seluruh dunia. Krisis keuangan memiliki banyak penyebab.

Umumnya, krisis dapat terjadi jika institusi atau aset dinilai terlalu tinggi, dan dapat diperburuk oleh perilaku investor yang tidak rasional. Misalnya, serangkaian aksi jual yang cepat dapat mengakibatkan harga aset yang lebih rendah, mendorong individu untuk membuang aset atau melakukan penarikan tabungan dalam jumlah besar ketika dikabarkan terjadi kegagalan bank.

Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap krisis keuangan termasuk kegagalan sistemik, perilaku manusia yang tidak terduga atau tidak terkendali, insentif untuk mengambil terlalu banyak risiko, ketidakhadiran atau kegagalan peraturan, atau penularan yang menyebabkan penyebaran masalah seperti virus dari satu lembaga atau negara ke lembaga atau negara berikutnya.

Jika dibiarkan, krisis dapat menyebabkan perekonomian mengalami resesi atau depresi. Bahkan ketika langkah-langkah diambil untuk mencegah krisis keuangan, mereka masih bisa terjadi, mempercepat, atau memperdalam. Asia pernah mengalami krisis keuangan pada 1997-1998. Lalu krisis keuangan global juga terjadi pada 2007-2008. 

Apakah Krisis Keuangan akan Terjadi Kembali?

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mewaspadai adanya ancaman krisis keuangan dampak dari naiknya suku bunga acuan di Amerika Serikat (AS). Pasalnya, hal itu memicu tekanan inflasi yang tinggi di negara Paman Sam.

"Kalau kita lihat inflasi dan Fed fund rate, Fed melakukan overshooting untuk memukul inflasi kembali turun, tapi yang turun ke bawah tidak hanya inflasi tapi juga pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat," kata dia, beberapa waktu lalu. 

Sri Mulyani mengungkapkan, dalam 40 tahun terakhir, ada beberapa krisis keuangan yang diakibatkan kenaikan suku bunga AS. Karena itu, dia meminta semua pihak berhati-hati dalam melihat potensi terjadinya krisis dalam waktu dekat.  

"Jadi sekarang ini kita harus sangat hati-hati. Dengan tren suku bunga yang naik, berarti potensi terjadinya krisis keuangan di berbagai negara di dunia kita lihat akan mungkin terjadi," ujarnya. 

Dia mencontohkan, ketika AS menaikkan suku bunga acuan hingga 20 persen pada 1980 menyebabkan Brasil, Argentina dan Meksiko mengalami krisis keuangan. Hal yang sama terjadi lagi pada 1990, di mana suku bunga naik. Kemudian pada 2007, suku bunga acuan AS naik lagi sehingga dunia mengalami krisis keuangan global.

Sri Mulyani pun menjelaskan, ada beberapa kondisi yang harus diwaspadai pada pertengahan tahun ini yang bisa memicu krisis, di antaranya perubahan kebijakan moneter AS, pandemi Covid-19, perang Rusia-Ukraina, dan naiknya harga komoditas.  Adapun Bank Dunia baru-baru ini memangkas proyeksi pertumbuhan global dan memperingatkan banyak negara bisa jatuh ke dalam resesi karena ekonomi tergelincir ke dalam periode stagflasi yang mengingatkan pada era 1970-an.

Ekspansi ekonomi global tahun ini diperkirakan hanya 2,9 persen, turun dari tahun sebelumnya 5,7 persen.  Invasi Rusia ke Ukraina dan lonjakan harga komoditas memperparah kondisi ekonomi global, yang ditimbulkan akibat pandemi Covid-19. Menurut Bank Dunia, sekarang memasuki apa yang mungkin menjadi periode pertumbuhan lemah yang berlarut-larut dan inflasi yang meningkat.

"Perang di Ukraina, lockdown di China, gangguan rantai pasokan, dan risiko stagflasi memukul pertumbuhan. Bagi banyak negara, resesi akan sulit dihindari," kata Presiden Bank Dunia David Malpass, dikutip dari CNBC International. Demikian penjelasan apakah krisis keuangan akan terjadi kembali? Mudah-mudahan memberi informasi! iNewsMadiun.id

 

Editor : Arif Handono

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut