KEDIRI, iNewsMadiun.id - Gayatri bersimpuh di depan jasad kedua orangtuanya. Sebagai akibat penyerbuan Kerajaan Kediri ke wilayah Kerajaan Singasari, Gayatri, anak perempuan dari Raja Singasari Kertanagara itu harus melihat kedua orang tuanya tewas dengan kondisi mengenaskan. Peristiwa penyerangan Kediri dari dua sisi memang sempat mengejutkan Kerajaan Singasari. Dari sisi utara awalnya pasukan Kediri datang yang membuat penduduk Singasari terpaksa mengungsi. Serangan itu lantas diperiksa oleh Pangeran Wijaya dan pasukan ke sisi utara.
Tetapi begitu pasukan terbaik Kertanagara berangkat dipimpin Pangeran Wijaya, muncul serangan mendadak dari selatan yang jauh lebih besar. Dikisahkan Earl Drake, pada buku "Gayatri Rajapatni", pasukan Kerajaan Kediri bergerak cepat dari persembunyian dan masuk dari selatan menuju ibu kota Kerajaan Singasari. Pangeran Ardiraja yang dikirim Kertanagara untuk menuntaskan perlawanan ke Kediri yang dipimpin Jayakatwang kalah jumlah dan kualitas dengan pasukan Kediri. Di sisi lain Pangeran Wijaya yang sudah keluar dari ibu kota kerajaan ke utara, kembali lagi ke istana karena menyadari datangnya pasukan dari selatan.
Sayang hal itu terlambat, pasukan Kediri sudah mulai merangsak masuk dan tiba di istana kerajaan. Dengan mudah dan cepat, pasukan Kediri melakukan serangan kilat ke Kartanegara dan pasukannya yang sudah tersisa sedikit di istana keraton. Saat penyerbuan istana Singasari, Gayatri sedang tidak berada di bangsal utama keraton. Ia sedang berada di kamar pribadinya yang terletak di dekat kamar pelayan pribadinya bernama Sodrakara, seorang perempuan baik hati lagi bijak yang memiliki anak seumuran Gayatri.
Sodrakara lari terbirit-birit ke kamar Gayatri. Ia menangis dan sejenak memeluk Gayatri. Ia mengabarkan bahwa segerombolan tentara kejam telah menerobos masuk istana dan membunuh kedua orang tuanya. Kakak sulungnya Tribhuwana Tunggadewi telah kabur dari kota, berharap dapat bergabung dengan suaminya Pangeran Wijaya. Sedangkan dua kakaknya yang lain tertangkap dan diboyong ke Kediri sebagai sandera.
Sodrakara meminta penerima agar Gayatri cepat-cepat menyamar dengan mengenakan pakaian anaknya, lalu bersembunyi bersamanya. Gayatri tidak menangis maupun panik. Ia yang tak mempedulikan bahaya di sekelilingnya bertanya ke Sodrakara dimana jenazah kedua orang tuanya. Sebab penting bagi Gayatri untuk memberikan penghormatan terakhir kepada keduanya.
Gayatri menemukan jenazah kedua orang tuanya, guru, dan para petinggi keraton Kerajaan Singasari lainnya di dalam ruangan yang menyeramkan. Tubuh mereka berserakan di aula yang banjir darah bak boneka yang terkoyak. Gayatri lantas berlutut di hadapan tubuh ayah dan ibunya, ia menciumi dan mendoakan jiwa kedua orang tuanya. Ia raih tangan ayahnya yang dingin dan bersumpah akan mengabdikan diri untuk mengenangnya dan merawat apa yang telah diwariskannya.iNewsMadiun.id
Editor : Arif Handono