Disamping itu, lanjut Gus Kikin, para penceramah perlu membuat masyarakat memahami bahwa semangat nasionalisme itu tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama dan dalam mengekspresikan keimanannya.
"Sebenarnya dalam Islam itu kita mengikuti apa yang sudah dijalankan oleh Rasulullah di Madinah. Di mana beliau mengakomodasi, mewadahi semua gologan, semua agama menjadi satu dan saling menjaga kehidupan bermasyarakat," jelas Gus Kikin.
Menurutnya, para penceramah harus bisa memberikan pengertian kepada umatnya bahwa Rasulullah telah mengajarkan umatnya untuk hidup berbangsa dan mencintai bangsanya yang beragam.
Sebagaimana Rasulullah menekankan kepada warga Madinah untuk komitmen menjalankan agamanya masing-masing dan tidak memaksakan agama Islam.
"Nabi Muhammad mengakomodir semuanya di Madinah, tidak ada menang-manangan tapi semua berbagi dan adil. Semua saling menjaga kehidupan," ucap cicit dari KH Hasyim Asy'ari ini.
Untuk itu, menurutnya demi mendorong para ulama dan penceramah untuk dapat menggelorakan semangat nasionalisme di mimbar, perlu ada komunikasi dan dialog antara pemerintah dan penceramah serta ormas-ormas keagamaan terkait.
"Upaya jangka panjangnya adalah mulai dengan pendidikan agama yang benar. Jenjang ilmu itu harus terstruktur sehingga pemahamannya juga demikian, sehingga menyampaikan kepada masyarakat juga benar," tuturnya.
Terakhir, Gus Kikin menyampaikan pesannya kepada masyarakat agar tidak ceroboh dalam memilih penceramah yang dijadikan panutan atau pedoman. Ia ingin masyarakat tidak menyimpulkan sesuatu sendiri apalagi yang terkait dengan konteks agama.
"Masing-masing punya pilihan, tetapi yang jelas jangan menyimpulkan sesuatu itu dari persepsi sendiri, karena dalam ajaran agama semua sudah tercatat, sudah ada aturannya jadi kalau memang ada yang kurang jelas maka tanya pada (ulama) yang mengerti," pungkasnya. iNews Madiun
Editor : Arif Handono
Artikel Terkait