"Tetapi secara luar biasa sumurannya tidak digali. Mungkin ini yang missed dari pemburu harta karun, dan ini keuntungan bagi kita. Sehingga kita bisa mendapat berbagai artefak di sumuran. Walaupun secara valuasi bahan mungkin tidak memiliki nilai ekonomi yang tinggi," ungkapnya.
Dirinya menambahkan, bila penemuan benda artefak ini disebut penting sebagai nilai informasi, apabila benar temuan benda artefak berasal dari abad 10, maka hal ini sesuatu yang luar biasa.
"Seperti mesin waktu, kita temukan dan kita akan baca. Ada beberapa wadah temuan yang belum kita bongkar isinya apakah mutiara atau lainnya. Tapi ada dua teko yang saya belum berani bongkar. Karena memang bahannya sangat mudah pecah. Ada yang jabangan yang tanahnya kami sendirikan," terang dia.
Nantinya untuk memperdalam temuan benda artefak yang ditemukan, pihaknya akan menggandeng perguruan tinggi untuk melakukan pengetesan terhadap kandungan tanah yang ada di dalam benda artefak temuan di Situs Srigading. Sedangkan temuan benda - benda artefak nantinya akan diteliti lebih lanjut di laboratorium.
"Kita bawa ke kantor BPCB Jatim dan temuan di tahap ketiga beberapa temuan wadah kita bawa ke BPCB Jatim, termasuk emas juga. Saya akan seminggu di laboratorium membersihkan isinya seminggu ke depan. Endingnya semua akan simpan di Museum Singhasari," tukasnya.
Sebagai informasi BPCB Jatim telah melakukan ekskavasi tiga tahap di Situs Srigading Malang. Ekskavasi pertama dilakukan pada 7 - 12 Februari 2022 dimana diekskavasi pertama menggali bagian utara dan barat candi. Diekskavasi ini tim BPCB menemukan fragmen relief dan batu ratna atap candi, yang ditemukan di sisi barat candi.
Editor : Arif Handono
Artikel Terkait