Inilah Kisah Syekh Bentong, Kakek Raden Patah Saudagar Cina yang Mengislamkan Jawa

Nurfikas
Gerbang makam Syekh Quro dan Syekh Bentong yang kini ramai dikunjungi peziarah di Desa Pulokalapa terletak di Kecamatan Lemahabang Kabupaten Karawang Provinsi Jawa Barat.

Di Gresik inilah Syekh Bentong mulai menjalin relasi dengan tokoh-tokoh awal syiar Islam lainnya. Meskipun pada perjalanan abad ke-14 itu di Jawa bagian timur masih bercokol kerajaan Hindu yang pernah sangat digdaya di seantero Nusantara yakni Kerajaan Majapahit.

Kala itu, Kerajaan Majapahit dipimpin Bhre Kertabumi atau Prabu Brawijaya V (1468-1478). Raja ini diyakini sebagai penguasa Majapahit terakhir sebelum berdirinya kerajaan Islam pertama di Jawa, Kesultanan Demak.

Rupanya, Prabu Brawijaya V terpikat dengan anak perempuan Syekh Bentong yang bernama Siu Ban Ci. Sang raja lantas menikahi putri China itu kendati hanya sebagai istri selir. Terlepas dari sejumlah versi atas kontroversi yang terjadi kemudian, pernikahan itu dikaruniai seorang anak laki-laki.

Tan Go Wat menyematkan nama Jin Bun untuk cucunya itu, nama khas Cina meskipun tanpa marga di depannya. Nama Jin Bun berarti kuat. Nantinya, Jin Bun dikenal dengan nama Raden Patah, merujuk istilah Arab yakni Fatah yang berarti kemenangan.

Jin Bun alias Raden Patah pada akhirnya nanti justru melawan ayahnya sendiri, meruntuhkan Majapahit sekaligus mengakhiri dominasi Hindu dan menggantinya dengan Islam. Pada 1475, Raden Patah mendirikan Kesultanan Demak, kerajaan Islam pertama di tanah Jawa.

Berdirinya Kesultanan Demak tak pelak mengubah peta keagamaan di Jawa secara drastis. Jawa yang sudah sekian lama dikuasai kerajaan-kerajaan bercorak Hindu atau Buddha, beralih menjadi wilayah yang sebagian besar penduduknya menganut agama Islam.

Dalam misi islamisasi Jawa ini, Walisongo sangat berperan dalam suksesnya misi tersebut. namun demikian, setidaknya ada dua versi utama yang dirujuk untuk memaknai istilah Walisongo. Pertama, Wali Songo diartikan sebagai wali (orang suci yang dicintai Tuhan) berjumlah 9 orang. Songo (sanga) dalam bahasa Jawa berarti angka sembilan.

Dalam setiap kurun waktu, Walisongo diusahakan tetap berjumlah 9 orang sehingga jika ada seorang wali yang meninggal maka selalu diganti oleh wali lain yang disepakati.

Adapun versi kedua, kata songo/sanga berasal dari istilah Arab yakni tsana yang berarti mulia, semakna dengan mahmud yang artinya terpuji .

Walisongo hadir sebagai garda terdepan penyebaran Islam di Jawa, sekaligus berperan menopang sendi-sendi kehidupan, terutama agama (juga politik) Kesultanan Demak. Tan Go Wat alias Syekh Bentong lah yang menjadi salah satu perintis sekaligus anggota awal Majelis Walisongo tersebut.

Editor : Arif Handono

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network