Muktamar ke-48 Muhammadiyah: ”Darah Segar” yang Dibutuhkan Persyarikatan adalah Tokoh IT

Edi Purwanto
Ilustrasi Muhammadiyah. Sindonews.com

MUHAMMADIYAH dalam waktu dekat akan menggelar Muktamar ke-48 di Surakarta, Jawa Tengah pada 18-20 November nanti. Salah satu agenda penting muktamar adalah pemilihan ketua umum baru PP Muhammadiyah periode 2022-2027.

Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin menilai duet Haedar Nashir-Abdul Mu’ti layak dilanjutkan untuk memimpin Muhammadiyah. Tetapi perlu ada “darah segar” untuk kepengurusan periode lima tahun mendatang. Demikian dilansir Sindonews.com dikutip dari pwmu.co, Kamis (3/11/2022)

Siapa darah segar yang dimaksud prof Din? Dia menyebut nama Hilman Latif (Dirjen Haji dan Umrah Kementerian Agama); Untung Cahyono (mantan aktivis Pemuda Muhammadiyah dan dosen Universitas Ahmad Dahlan), Sayuti (alumni Australia dan Sekretaris Majelis Dikti PP Muhammadiyah), Dr Muhammad Aziz (aktivis Pemuda Muhammadiyah, alumni universitas di Beijing).

Din juga mengusulkan Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Prof Dr Syamsul Anwar yang sudah tiga periode bersedia masuk jajaran PP Muhammadiyah. Untuk kelompok ini Din juga menyebut Dr Fathurrahman Kamal, alumni Pesantren Gontor yang sekarang menjadi Ketua Majelis Tabligh PP Muhamadiyah.

Nama lain yang diusulkan pada kelompok ini adalah Rektor UMS Prof Dr Sofyan Anif. Din Syamsuddin melanjutkan, dari Jakarta juga banyak nama yang bisa disebut. Antara lain: Dr Imam Addaraqutni (mantan Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah, pakar ulumul Qur’an dan menguasai kitab-kitab turats); Dr Ma’mun Murod (alumni pesantren dan sekarang Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta).

Ada pula Drs Armyn Gultom MSi (aktivis dan Ketua Umum Fokal IMM), Izzul Muslimin (mantan Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah dan anggota Komisi Penyiaran Indonesia); Dr Sudarnoto A. Hakim ( Ketua MUI Pusat Bidang Kerja Sama Luar Negeri) dan Najib Burhani (peneliti dan pejabat di BRIN). Din juga menyebut Ustaz Adi Hidayat, dai terkemuka dengan wawasan ilmu yang sangat luas dan banyak mendapat dukungan dari daerah-daerah. “Tentu akan menjadi darah segar mumtaz bagi kemajuan dakwah pencerahan Muhammadiyah. Namun apakah beliau bersedia atau tidak?” ujar Din.

Ustaz Adi Hidayat telah menyatakan kesediaannya masuk ke jajaran pengurus PP Muhammadiyah. Hal itu disampaikanya secara terbuka saat mengisi tabligh akbar menjelang Muktamar ke-48 di awal Oktober lalu.
 

Digitalisasi Muhammadiyah 

Muhammadiyah pada tahun 2022 sudah berusia 108 tahun.  Usia yang sudah sangat tua dibandingkan saudara mudanya, Nahdlatul Ulama (NU) yang baru berumur 94 tahun. Organisasi kemasyarakatan yang didirikan KH Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada 18 November 1926 sudah mendunia. Asetnya di mana-mana. Anak organisasinya ratusan. Tanah yang diwakafkan kepada Muhammadiyah juga banyak.

Dikutip dari pernyataan Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah Agung Danarto yang terbit di Detik.Com pada 29 Desember 2020, aset tanah yang dimiliki organisasi mereka lebih dari 21 juta meter persegi. "Saya percaya tidak kurang dari jumlah (21 juta meter persegi) tersebut. Suatu jumlah yang banyak. Ada yang sudah dimanfaatkan dan 50% belum dimanfaatkan," ujar Agung dalam Webinar Refleksi Akhir Tahun Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Malaysia-PCIM Taiwan tentang "Nilai Strategis Big Data bagi Persyarikatan Muhammadiyah".

Secara struktural Muhammadiyah memiliki 13.693 Pimpinan Ranting, 4.850 Pimpinan Cabang, dan 461 Pimpinan Daerah. Dalam struktur tersebut,  ada Organisasi Otonom (Ortom), belum lagi Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) yang tersebar di berbagai daerah hingga pelosok Tanah Air. Muhammadiyah adalah asosiasi puluhan ribu LSM yang semuanya bergerak secara semi otonom. Masing-masing entitas berjalan secara otonom, inisiatif sendiri, dan membiayai sendiri.

Di luar negeri, Muhammadiyah memiliki 24 cabang istimewa, mulai dari Mesir, Iran, Amerika Serikat, Australia, Turki, Tunisia, Japan, hingga Yaman. Itulah aset Muhammadiyah. Bisa dibayangkan bagaimana rumitnya mengelola organisasi yang memiliki aset sedemikian banyak. Kehadiran teknologi internet harus dimanfaatkan dalam mengelola aset Muhammadiyah. Sudah saatnya, Muhammadiyah berhijrah dari analog ke digital.

Tokoh IT yang Dibutuhkan

Pindah ke digital bukan sekadar merespons perkembangan zaman, sesungguhnya digitalisasi Muhammadiyah seperti peribahasa jawa ”ngumpulke balung terpisah”,  kemudian membangun salah satu kekuatan ekonomi digital Tanah Air. Hanya tokoh IT yang bisa memimpin migrasi tata kelola organisasi dari analog menjadi digital. Mencatat dan memasukkan data aktivitas Muhammadiyah, dari tingkat ranting, daerah, wilayah hingga pusat ke dalam satu server. Di dalamnya, terbangun komunitas digital bernama Muhammadiyah. Hal ini barangkali juga sudah dijalankan oleh PP Muhammadiyah, adalah satu langkah ke depan dari modernitas yang selalu digaungkan di Muhammadiyah.

Kalau dulu pengelolaannya sesuai dengan tata kelola manajemen modern, maka sekarang modern yang dimaksud harus bermigrasi ke jalur digital. Digitalisasi bisa dimulai dari Kartu Tanda Anggota (KTA) Muhammadiyah. Sekarang pun bila melihat website pengurusan KTA Muhammadiyah juga sudah menggunakan teknologi terbaru. Mengurus KTA Muhammadiyah bisa secara online tanpa ribet lagi. Demikian juga dengan sedekah melalui LazisMu. Sudah demikian mudah sehingga anak-anak milenial pun bisa tinggal klik lantas bersedekah.

Bayangkan bila kemudian warga Muhammadiyah bisa membayar listrik, beli pulsa, jual beli kebutuhan pokok seperti yang dilayani toko online seperti Tokopedia, Traveloka, Lazada, Bukalapak dan lain-lain, maka persyarikatan Muhammadiyah akan berkembang cepat secara ekonomi. Dasarnya sederhana saja, jumlah anggota Muhammadiyah jutaan tidak kalah dengan user Bukalapak, Tokopedia, atau Traveloka.

Nah yang bisa membangun ekosistem digital adalah calon-calon Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah yang mengerti dan pakar teknologi informasi (IT). Para ahli IT ini yang diharapkan memberi darah segar bagi Muhammadiyah. Hanya merekalah yang bisa menetukan teknologi apa yang tepat diterapkan dalam digitalisasi Muhammadiyah. Tokoh-tokoh IT bisa diambil dari kampus-kampus Muhammadiyah Tanah Air. Penulis yakin Muhammadiyah tidak kekurangan pakar IT. Barangkali mereka belum muncul karena tidak diberi kesempatan. 

Muktamar ke-48 adalah momen yang tepat untuk merenungkan posisi persyarikatan di dunia digital Tanah Air. Muktamar ke-48 di Surakarta juga batu pijakan untuk membangun ekosistem digital Muhammadiyah. Mengutip pernyataan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir pada Tabligh Akbar di Kota Blitar, Minggu 14 Agustus 2022, salah satu cita-cita Muhammadiyah adalah mewariskan Indonesia maju kepada generasi Muhammadiyah ke depan. Semoga digitalisasi Muhammadiyah adalah bagian dari rencana besar mewariskan Indonesia Maju kepada anak cucu kita. Selamat bermuktamar. (Penulis adalah kader Tapak Suci)

Sumber:



Editor : Arif Handono

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network