Profil Liz Truss Perdana Menteri Inggris yang Baru, Pernah Usulkan Hapus Sistem Monarki

Anton Suhartono
Perdana Menteri Inggris, Liz Truss (Foto: Reuters)

Karier perempuan 47 tahun tersebut melonjak sejak 2010, saat pertama kali terpilih menjadi anggota parlemen. Empat tahun setelah itu, dia bergabung dengan kabinet pemerintahan PM David Cameron sebagai menteri lingkungan hidup.

Dia lalu menjabat menteri kehakiman kemudian kepala menteri di Departemen Keuangan di bawah Theresa May.

Di masa pemerintahan Johnson, Truss menjabat menteri perdagangan internasional dan menlu.

 

Truss lahir pada 26 Juli 1975 di Oxford dari pasangan John Kenneth dan Priscilla Mary Truss. Dia lahir dari ayah berdarah akademisi.

Ayahnya seorang profesor emeritus matematika murni Universitas Leeds. Sementara ibunya adalah seorang perawat, guru, dan tim Kampanye untuk Perlucutan Senjata Nuklir.

Keluarga Truss pindah ke Paisley, Renfrewshire, Skotlandia, saat dia berusia 4 tahun, yakni dari 1979 hingga 1985. Truss kecil bersekolah di West Primary School, kemudian melanjutkan ke Roundhay School.

Setelah lulus SMP, dia tinggal di Kanada selama setahun. 

Truss memuji pendidikan di Kanada, bahkan membandingkannya dengan pendidikan di Roundhay School. Namun setelah itu dia pulang kampung dan melanjutkan pendidikan tingginya di Merton College, Oxford, hingga lulus pada 1996.

Di kampus dia aktif berorganisasi, yakni di kelompok Demokrat Liberal. Dia adalah presiden Demokrat Liberal Universitas Oxford dan anggota Komite Eksekutif Nasional Pemuda dan Mahasiswa Demokrat Liberal (LDYS). 

 

Selama aktif di Demokratik Liberal, Truss mendukung legalisasi ganja dan penghapusan sistem monarki, serta berkampanye menentang Undang-Undang Peradilan Pidana dan Ketertiban Umum 1994. Truss bergabung dengan Partai Konservatif pada 1996.

Video saat Truss mengusulkan penghapusan sistem monarki di Inggris bahkan sempat muncul saat masa kampanye PM Inggris. Saat itu dia masih berusia 19 tahun, menyampaikan pidato di konferensi Demokrat Liberal.

"Semua orang di Inggris harus memiliki kesempatan untuk menjadi seseorang," kata Truss, saat itu.

"Tapi hanya satu keluarga yang bisa menjadi kepala negara. Kami bertanya kepada mereka (publik), pendapat mereka tentang monarki. Anda tahu jawaban mereka? Mereka bilang hapus saja, sudah cukup.”

Memasuki dunia kerja, Truss sempat mengabdi di perusahaan minyak Shell yakni dari 1996 hingga 2000. Kemudian pada 2000, Truss bekerja untuk Cable & Wireless dan naik menjadi direktur ekonomi sebelum mengundurkan diri pada 2005.

Truss sejatinya seorang penganut ekonomi libertarian. Ini sangat kentara terlihat dari dukungannya terhadap referendum 2016 soal keanggotaan Inggris di Uni Eropa (Brexit). Dia mengampanyekan keuntungan bagi Inggris jika keluar dari Uni Eropa.

Sebagai perdana menteri Inggris yang baru, Truss menghadapi beberapa tantangan besar, yakni inflasi yang merajalela, lonjakan biaya energi, memburuknya layanan publik, aksi industri yang masih berlangsung, serta rencana kemerdekaan Skotlandia. 

Di luar negeri, dia bakal menghadapi perang Ukraina dan permasalahan seputar ketidakharmonisan Inggris dengan Uni Eropa.

Editor : Arif Handono

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3 4

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network