iNewsMadiun.id - Dukun ternyata juga tergolong wali. Hanya saja, dia bukan wali Allah taala, melainkan wali setan. Penjelasan mengenai hal tersebut banyak dijumpai dalam ayat-ayat Al Qur'an dan hadis.
Tatkala Rasulullah SAW melihat salah satu bintang dilempar, kemudian bersinar beliau bertanya kepada para sahabat.
“Apa yang kalian katakan tentang hal ini pada masa jahiliyah?”
Para sahabat menjawab, “Dulu kami berkata bahwa (bintang dijatuhkan) itu karena orang penting telah meninggal dunia, atau orang penting telah lahir.”
Rasulullah SAW bersabda, “Bintang dilempar (dijatuhkan) tidak karena kematian seseorang, atau karena kehidupannya. Namun jika Allah telah memutuskan sesuatu, maka para malaikat pemikul Arasy bertasbih, kemudian seluruh penghuni langit sesudah mereka bertasbih, kemudian diteruskan malaikat-malaikat sesudah mereka hingga tasbih memenuhi seluruh penghuni langit. Penghuni langit bertanya kepada malaikat-malaikat pemikul Arasy, “Apa yang difirmankan Tuhan kita?"
Malaikat-malaikat pemikul Arasy menjelaskan kepada penghuni langit apa yang difirmankan Allah. Kemudian penghuni setiap langit meminta penjelasan (tentang apa yang difirmankan Allah) hingga informasi tentang apa yang difirmankan Allah menyebar ke seluruh penghuni langit dunia.
Kemudian setan-setan mencuri wahyu tersebut, selanjutnya mereka dilempar (dengan bintang tersebut), kemudian mereka memberikannya kepada wali-wali mereka. Apa yang mereka bawa dalam bentuk aslinya adalah benar, namun mereka memberi tambahan ke dalamnya.”
Abu Bakar Jabir Al-Jazairi dalam bukunya berjudul "Ensiklopedi Muslim" menyebut hadis tersebut diriwayatkan Ahmad dan lain-lain.
Tatkala Rasulullah SAW ditanya tentang dukun, juga bersabda: “Mereka tidak ada apa-apanya.”
Para sahabat berkata, “Ya, namun mereka kadang-kadang mengatakan sesuatu pada kami, kemudian sesuatu tersebut menjadi benar.”
Rasulullah SAW bersabda, “Perkataan tersebut adalah kebenaran yang dicuri jin. Ia memperdengarkannya ke telinga wali-walinya, kemudian wali-walinya menambahkan seratus kebohongan di perkataan tersebut.” (HR Al-Bukhari).
Rasulullah bersabda: “Tidak ada seorang dari salah seorang dari kalian, melainkan ia didamping teman dari jin.” (HR Muslim).
Selanjutnya Rasulullah SAW juga bersabda: “Sesungguhnya setan mengalir di peredaran darah anak keturunan Adam. Oleh karena itu, himpitlah dia di peredarannya dengan puasa.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Abu Bakar Jabir Al-Jazairi menjelaskan setan mempunyai wali-wali dari kalangan manusia.
"Setan berkuasa atas mereka, kemudian membuat mereka lupa zikir kepada Allah Ta'ala, membujuk mereka kepada keburukan, dan menyodorkan kebatilan kepada mereka, mentulikan mereka dari mendengar kebenaran, dan membutakan mereka dari melihat bukti-bukti kebenaran," tuturnya.
Mereka tunduk kepada setan, dan taat kepada perintah-perintahnya. Setan merayu mereka dengan keburukan, dan menjerumuskan mereka ke dalam kerusakan dengan tazyin (menghias sesuatu sehingga terlihat sebaliknya), hingga ia kenalkan kemungkaran kepada mereka, dan mereka pun mengenalnya. Setan membuat menghias kebaikan sebagai kemungkaran kepada mereka, dan mereka memungkiri kebaikan tersebut.
Mereka adalah musuh-musuh wali-wali Allah Ta'ala, dan perang selalu meledak di antara kedua kelompok.Wali-wali Allah Ta'ala setia kepada Allah, sedang mereka memusuhi-Nya.
Wali-wali Allah mencintai Allah Ta'ala, dan membuat-Nya rida, sedang mereka membuat-Nya marah, dan murka kepada mereka, maka kutukan Allah Ta'ala atas mereka, kendati banyak sekali kejadian-kejadian luas biasa terjadi pada mereka, seperti mereka bisa terbang ke langit, atau berjalan di atas air.
Sebab itu tidak lain adalah istidraj dari Allah Ta'ala bagi orang yang memusuhi-Nya, atau menjadi penolong setan dalam menghadapi orang-orang yang setia kepada-Nya.
Editor : Arif Handono
Artikel Terkait