Kisah 3 Murid Tjokroaminoto yang Mengambil Jalan Berbeda: Soekarno, Semaoen, dan Kartosoewirjo

SINDOnews
Rumah HOS Tjokroaminoto di Kampung Peneleh VII Surabaya yang menjadi pabrik tokoh pergerakan bangsa. (Foto: Istimewa)

Saat melihat foto sahabatnya itu, Soekarno tersenyum. 

“Sorot matanya masih tetap. Sorot matanya masih sama. Sorot matanya masih menyinarkan sorot mata seorang pejuang,” ucapnya.

Pemerintah Indonesia kemudian menghukum mati Kartosoewirjo, pada 5 September 1962 di Pulau Ubi, Kepulauan Seribu, Jakarta.

3. Semaoen

Semaoen (foto istimewa)

Semaoen lahir tahun 1899 di Mojokerto, Jawa Timur. Ayahnya seorang buruh kasar, tukang batu pada jawatan kereta api milik pemerintah. Sebagai akibat politik Etis, Semaoen bisa sekolah di Tweede Klas, pada tahun 1906.

Setelah lulus sekolah dasar dan mendapat sertifikat klien abtenaar pada 1912, pada usia yang masih sangat belia yakni 13 tahun, Semaoen diterima bekerja sebagai juru tulis kecil (Klerk) pada perusahaan kereta api milik pemerintah.

Saat Sarekat Islam (SI) didirikan, Semaoen mendaftar menjadi anggotanya yang pertama-tama. Namanya masuk sebagai anggota SI afdeling Surabaya pada 1913. Setahun kemudian pada 1914, dia diangkat menjadi sekretaris SI cabang Surabaya.

Keterlibatan Semaoen dalam serikat buruh kereta api pemerintah mengantarkan dirinya mendapatkan nama buruk sebagai seorang agitator buruh pertama di Indonesia, yang lantas menghubungkannya dengan pemimpin buruh Belanda Sneevliet.

Editor : Arif Handono

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network