JAKARTA,iNewsMadiun.id - Selama berhari-hari, suhu di Eropa telah meroket di atas 38 Celcius. Suhu tersebut memecahkan rekor dan memicu kebakaran hutan besar yang telah memaksa puluhan ribu orang mengungsi dari rumah mereka.
Dari Portugal, Spanyol hingga Yunani, api telah menyebar seperti penyakit menular. Di pedesaan sekitar Bordeaux, Prancis, sekitar 194 Km persegi telah hangus dalam seminggu terakhir.
Api bahkan berkobar di seluruh London, sebuah kota yang tidak dikenal dengan cuaca kebakaran.
Kebakaran hutan, tentu saja, merupakan fenomena alam yang sempurna dan secara berkala mengatur ulang ekosistem untuk pertumbuhan baru sepanjang sejarah.
Namun, di zaman modern, berkat campur tangan manusia dengan iklim dan lanskap, kebakaran ini telah menggelembung menjadi binatang buas yang tidak alami dan justru melenyapkan ekosistem. Sejarawan api, Stephen Pyne, menyebut kondisi ini Pyrosen, zaman api.
Selama beberapa tahun terakhir, banyak faktor telah mendorong terciptanya kebakaran hutan besar-besaran yang terlihat di Australia dan California.
Perubahan iklim telah melahirkan gelombang panas yang lebih intens dan musim kemarau yang lebih panjang, dengan vegetasi yang lebih segar dan siap terbakar.
Dan tempat tinggal manusia berkembang dari pusat kota ke zona liar yang semakin kering ini. Di California, misalnya, orang-orang dari daerah pesisir pindah ke daerah yang lebih murah di bagian timur negara bagian yang berhutan.
Satu-satunya yang konstan di antara kebakaran hutan adalah manusia akan menemukan cara untuk memulainya, apakah itu percikan api dari rokok, mesin pemotong rumput, atau kembang api.
“Di AS, kami memiliki masalah kebakaran hutan belantara. Kamu mendefinisikannya sebagai orang yang dengan bodohnya pindah ke daerah rawan kebakaran. Di Eropa juga memiliki masalah yang sama. Banyak orang yang pindah ke daerah itu,” kata Pyne seperti dikutip dari Wired, Kamis (21/7/2022).
Editor : Arif Handono
Artikel Terkait