Seperti kesakasian Ibrahim , bahwa sholat, ibadah, hidup, dan matinya semata-mata hanya untuk Allah. Allah SWT berfirman:
قُلۡ اِنَّ صَلَاتِىۡ وَنُسُكِىۡ وَ مَحۡيَاىَ وَمَمَاتِىۡ لِلّٰهِ رَبِّ الۡعٰلَمِيۡنَۙ لَا شَرِيۡكَ لَهٗۚ وَبِذٰلِكَ اُمِرۡتُ وَاَنَا اَوَّلُ الۡمُسۡلِمِيۡنَ "Katakanlah (Muhammad), "Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam, tidak ada sekutu bagi-Nya; dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama berserah diri (muslim)." ( QS Al-An’am :162- 163).
Kesadaran manusia sebagai hamba ini menuntut sebuah pengakuan dan ketegasan sikap, bahwa hanya Allah sebagai satu-satunya yang paling berhak untuk menerima ketundukan dan penyerahan diri.
Manusia bila sudah mampu mengorientasikan segala apa yang ada pada dirinya hanya kepada Tuhan, sebagai konsekuensi dari kehambaannya, maka dirinya akan menjadi manusia yang merdeka. Mampu keluar dari hegemoni kepentingan hawa nafsu yang cenderung menjauhkan diri dari menuju Tuhan.
iNewsMadiun.id
Editor : Arif Handono
Artikel Terkait