Namun, beberapa pakar industri khawatir bahwa keinginan Elon Musk untuk kebebasan berbicara di Twitter dapat berarti membatalkan beberapa pekerjaan platform untuk mengekang ujaran kebencian, informasi yang salah, pelecehan, dan konten berbahaya lainnya. Di sisi lain ada yang mengkritisi Elon Musk apakah mau memulihkan akun Twitter mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang dihapus awal tahun lalu karena melanggar kebijakan Twitter atas tuduhah menghasut kekerasan.
Menurut mereka Twitter memang saat ini ukurannya memang lebih kecil dibanding sosial media lain dari segi bentuk. Namun Twitter memiliki pengaruh yang sangat besar di dunia online dan offline karena kerap digunakan oleh banyak politisi, tokoh masyarakat, selebritis dan jurnalis. "Jangan biarkan Twitter menjadi sumber ujaran kebencian, atau kebohongan yang merusak demokrasi kita," kata Derrick Johnson, Presiden The National Association for the Advancement of Colored People (NAACP).
Sementara efek pembelian Elon Musk berdampak besar pada kekayaan para pemilik saham di Twitter. Setiap pemegang saham akan mendapatkan USD54,20 atau setara Rp780.775 per saham. Saat ini Berdasarkan laporan CNN, pemegang saham Twitter lainnya adalah The Van Guard Group Inc dengan persentase saham 8,39 persen, BlackRock Fund Advisor (4,56 persen), SSgA Funds Management Inc (4,54 persen), Aristotle Capital Management LLC (2,51 persen), ARK Investment Management LLC (2,15 persen), Fidelity Management & Research (2,14 persen), dan Clear Bridge Investment LLC (2,09 persen). Sisanya dengan perolehan saham di bawah 2 persen adalah Gerode Capital Management LLC, Nikko Asset Management Co Ltd dan Nikkio Asset Management Americas. iNews Madiun
Editor : Arif Handono