Sehingga terjadi tradisi kiyai-kiyai, supaya mayit terbebas dari beban utang, diambil alih oleh yang masih hidup. Masalahnya, orang miskin yang tidak bisa membayar utang kemungkinan anaknya untuk melunasinya juga kecil.
Menurut saya yang ada dalam Hadis Shahih. Ada orang kekasih Allah, utangnya banyak. Lucu kan Wali kok banyak utang. Ya tidak apa-apa, dia kan Waliyullah (kekasih Alah). Amalnya Wali kan banyak, Walaupun ditagih banyak orang tetap cukup. Tapi lama-lama kehabisan juga.
Kemudian Allah menyampaikan ada satu Surga yang luar biasa. Saking mewahnya surga tersebut, orang-orang bertanya ini Surga untuk siapa?
Allah menjawab: "Untuk orang yang membebaskan utang". Semua pemberi utang tersebut akhirnya mengikhlaskan utangnya kepada kekasih Allah itu.
Akhirnya orang-orang zalim ikut masuk surga karena berkah mengutangi, tapi orang mukmin lho. Kita gak pernah tahu apa yang menjadi kehendak Allah. Kalau Allah sudah menghendaki, Dain yang mengutangi ini nantinya akan diganti surga.
Demikian pesan Gus Baha. Sebagai catatan, utang sebaiknya tetap dibayar apalagi bagi yang mampu. Jika tak mampu, keluarga atau orang terdekat bisa melunasinya.
Islam mengajarkan kita untuk saling tolong menolong dan saling membantu melepaskan kesulitan saudara. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa memberi tenggang waktu bagi orang yang berada dalam kesulitan untuk melunasi utang atau bahkan membebaskan utangnya, maka dia akan mendapat naungan Allah." (HR Muslim 3006) iNews Madiun
Editor : Arif Handono