Inews Madiun - Pangeran Diponegoro terkenal selalu membawa kerisnya. Beberapa keris yang dimilikinya adalah Keris Kiai Omyang (tersimpan di Museum Sasana Wiratama-Yogyakarta), Keris Kiai Wisa Bintulu (tersimpan di Gedong Pusaka Keraton Yogyakarta), dan Keris Kiai Nogo Siluman . Keris terakhir tersebut itulah yang paling terkenal kerana sempat hilang, namun ditemukan di Belanda dan sudah didaftarkan dengan nomor RV-360-8084.
Menurut suatu dokumen kesaksian berbahasa Jawa, Sentot Prawirodirdjo, salah seorang Panglima Diponegoro, mengaku melihat sendiri Pangeran Diponegoro menghadiahkan Keris Kiai Naga Siluman kepada Kolonel Cleerens, utusan Hendrik Merkus de Kock, ketika bertemu. Tulisan Sentot tersebut berhasil dibaca oleh pelukis Raden Saleh yang juga pernah melukis tentang Pangeran Diponegoro. Keris ini kemudian oleh Cleerens menjadi persembahan hadiah kepada Raja Willem I pada tahun 1831. Setelah itu, Keris Kiai Nogo Siluman disimpan di Koninkelijk Kabinet van Zelfzaamheden. Setelah KKVZ dibubarkan pada tahun 1883, seluruh koleksi museum ini tersebar ke berbagai museum dan Keris Kiai Nogo Siluman kemudian tersimpan di Museum Volkenkunde Leiden. Penemuan dan pengembalian Keris Kiai Naga Siluman membutuhkan waktu yang lama. Pada tahun 1983, Duta Besar Belanda ke Indonesia, Lodewijk van Gorkom mengisahkan bahawa keris ini tersimpan di ruangan bawah tanah Rijksmuseum Amsterdam, dan meminta untuk dikembalikan.
Penggantinya, yakni Frans van Dongen menulis surat kepada Pieter Pott, pengarah museum nasional etnologi Belanda pada tahun 1985, meminta agar keris tersebut harus ditemukan dan dikembalikan dalam rangka peringatan 40 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia. Van Dongen kemudian menerima balasan surat dari Pott yang mengaku sudah menemukan keberadaan keris tersebut, namun ternyata Pott gagal mengenal dengan pasti keris itu dengan betul. Akhirnya, pada tanggal 10 Maret 2020, Keris Kiai Nogo Siluman dikembalikan kepada Pemerintah Republik Indonesia secara langsung oleh Raja Willem-Alexander kepada Presiden Joko Widodo.
Editor : Arif Handono