PATI, iNewsMadiun.id - Andre Andika Putra, seorang pria asal Pati, Jawa Tengah, telah menciptakan sebuah karya yang sungguh memukau. Ia berhasil memecahkan Rekor MURI dengan membuat lukisan wajah tujuh presiden Indonesia, Ir. Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono, dan Joko Widodo. Yang membuat karya ini begitu istimewa adalah lukisan dibuat dari 43 nama desa di seluruh Indonesia sebagai pengganti cat air seperti yang biasa digunakan dalam lukisan.
Andre mengungkapkan bahwa ia memerlukan waktu selama satu tahun untuk menyelesaikan karyanya ini. Hasilnya adalah sebuah lukisan yang sungguh mirip dengan wajah-wajah asli para presiden tersebut.
Menurut @kulturdomestik dalam keterangan di akun Instagramnya, Andre Andika Putra melengkapi lukisan tujuh presiden ini dalam rentang waktu sekitar satu tahun, dimulai pada tanggal 20 Agustus 2022 dan selesai pada tanggal 25 Agustus 2023. Dalam rincian lebih lanjut, dia mengungkapkan bahwa ia menggunakan total 43.618 nama desa di Indonesia yang tersusun dengan cermat untuk menciptakan semua lukisan tersebut.
Dalam karyanya, beberapa nama desa yang terlihat digunakan dalam lukisan antara lain Karya Mukti, Karangayu, Karangrejo, dan tentunya masih banyak nama desa lain yang menjadi bagian dari komposisi lukisan tersebut.
Andre menjelaskan bahwa dia menggunakan teknik "invert art," yang merupakan seni terbalik, untuk melukis wajah para presiden dengan menggunakan nama-nama desa di Indonesia. Dalam teknik ini, lukisan tidak dapat dilihat dengan sekilas mata, melainkan hanya muncul saat dilihat melalui efek negatif. Ini adalah ciri khas yang selalu diterapkan oleh Andre ketika membuat karyanya, yang membuatnya tampak unik dan berbeda dari orang lain.
Berkat kreativitasnya yang luar biasa, Andre berhasil memperoleh pengakuan dari MURI (Museum Rekor Indonesia). "Pada 14 September yang lalu, karya lukisan Andre Andika Putra ini diakui sebagai Lukisan Presiden Terbanyak Dari Rangkaian Nama Desa di Indonesia," demikian yang diungkapkan oleh @kulturdomestik.
Editor : Arif Handono