Sejarawan Anhar Gonggong dalam film dokumenter tersebut juga memberikan kesaksian serupa. Ia mengatakan bahwa Ramang adalah sosok striker langka yang bahkan bisa mengecoh banyak pemain sekaligus.
"Seperti kalau kita nonton Maradona, bagaimana dia bisa melewati banyak orang sehingga memasukkan tendangan gawang. Bola dipermainkan, dikepung banyak orang, dia bisa lepas," kata sejarawan Anhar Gonggong.
Andi Ramang saat berhadapan dengan pemain Uni Soviet dalam event Olimpiade Melbourne, Australia 1956 (foto istimewa)
Nama Ramang terkenal ketika dirinya dipanggil membela Tim Nasional (Timnas) Indonesia untuk tampil di Olimpiade Melbourne 1956, Australia. Pemain depan bertubuh mungil mengejutkan dunia berkat permainan apiknya.
Kisah Ramang, pemain sepak bola legendaris asal Indonesia mencuri perhatian dunia ketika Timnas Indonesia menghadapi Uni Soviet di perempatfinal.
Ramang yang berpostur kecil, mampu bersaing melawan bek-bek besar nan tangguh dari Uni Soviet.
Bahkan, salah satu kiper terhebat dunia yang membela Uni Soviet saat itu, yakni Lev Yashin, dibuat jatuh bangun untuk menepis tendangan Ramang.
"Radio itu ramai, kan waktu itu belum ada TV. Jadi radio itu jadi tempat berkumpulnya orang mendengar dan ribut (menyimak penampilan Ramang)," kata Anhar.
Mitos Tentang Ramang di Sulawesi Selatan
Tak hanya dikenang sebagai pemain legendaris, kehebatan Ramang bahkan sampai diselimuti mitos oleh masyarakat Sulawesi Selatan. Dalam dokumentasi FIFA, terdapat sejumlah mitos lokal atau folklore tentang seorang Andi Ramang.
Ada yang menyebut bahwa kehebatan Ramang diperoleh dari ilmu yang dititiskan orang bersorban yang ditemuinya di pantai saat bermain bola.
Selain itu, ada juga mitos yang menyebut bahwa kehebatan Ramang diperoleh dari tersambar petir saat main bola di kala hujan.
Kendati demikian, hal-hal di luar nalar yang terlanjur menjadi cerita rakyat itu disanggah oleh sejarawan Anhar Gonggong.
Editor : Arif Handono