PURWOKERTO, iNewsMadiun.id - Gunung Tugel Purwokerto menyimpan misteri sejarah yang sempat ramai menjadi perbincangan masyarakat. Terutama terkait banyaknya bangunan kosong yang terbengkalai hingga menjadi tempat angker karena tak ada yang menempati.
Kisah misteri sejarah Gunung Tugel Purwokerto menjadi mitos bagi warga di Kabupaten Banyumas. Selain dianggap sebagai tempat mistis, banyak disebutkan pula lokasi tersebut sebagai tempat pemujaan dan aktivitas ritual dukun. Gunung Tugel yang berada di Kelurahan Karangklesem, Kecamatan Purwokerto Selatan memiliki kisah tersendiri.
Gunung Tugel Purwokerto berdasarkan mitos supranatural yang berkembang, disebutkan jika pada zaman dahulu kala, ada salah satu tokoh pewayangan yang tengah berjalan melintasi Jawa Tengah namun tersandung ketika melangkahi Gunung Slamet. Seketika itu, pecahan puncak Gunung Slamet terlempar hingga ke wilayah Banyumas dan menjadi Gunung Tugel.
"Adapun mitosnya sejarah Gunung Tugel ini berdasarkan cerita dari orang terdahulu, sejarah Gunung Tugel itu diceritakan bahwa ada tokoh pewayangan zaman dulu yang melewati Gunung Slamet," kata Babeh Berto, salah satu warga setempat yang tinggal di wilayah Gunung Tugel Purwokerto seperti dikutip iNewsPurwokerto.id dari kanal YouTube Explore Mystic.
Dia menjelaskan jika zaman dulu dalam kisah pewayangan itu ada tokoh yang bernama Bima, ingin melangkah ke arah Timur lalu terhalang Gunung Slamet.
"Akhirnya tersandung dan pecahannya sebagian terjatuh di wilayah ini, makanya diberikan nama Gunung Tugel. jadi Gunung Tugel patahannya dari Gunung Slamet, itu sejarah mitosnya," ungkapnya.
Babeh Berto merupakan salah satu warga yang sudah tinggal di wilayah Gunung Tugel Purwokerto sejak tahun 1980. Dia pun mengalami ketika wilayah tersebut masih berupa jalan tanah hingga saat ini menjadi jalan nasional.
"Babeh sudah mulai tinggal sejak tahun 1980, langsung di lokasi Gunung Tugel sampai sekarang bertempat tinggal di sini. Adapun cerita ditahun 80, Babeh sempat mengalami situasi di lingkungan gunung Tugel ini, dari jalan kecilnya, jalan rayanya masih tanah hingga sekarang jalan itu sudah jadi jalan besar dan menjadi jalan nasional," katanya.
Babeh Berto yang juga memiliki akun YouTube Babeh Berto ini juga mengatakan sejarah bangunan yang berada di dalam kawasan Gunung Tugel itu adalah milik sebuah instansi pemerintah dan luasnya sekitar 10 hektare. Lahan tersebut mulai di fungsikan sebagai tempat pelatihan transmigrasi sejak tahun 1990 di mana instansi pemerintah itu ingin mengaktifkan lokasi Gunung Tugel untuk sebuah kegiatan bekerjasama dengan instansi pemerintah lain.
"Jadi ada kerja sama dua institusi pemerintah untuk mengaktifkan lokasi di Gunung Tugel. Kegiatannya untuk memberikan pelatihan atau pembekalan untuk para peserta transmigrasi se-Jawa Tengah. Pembekalan hanya berlangsung selama 5 tahun, 1990-1995 dan sejak saat itu kegiatannya pelatihan berhenti sampai sekarang," ujarnya.
Banyaknya informasi yang menyebut jika tanah yang berada di Gunung Tugel ini merupakan milik mantan Presiden Soeharto, ia pun mengungkapkan jika sepengetahuan dirinya selama ini, tanah tersebut merupakan milik sebuah instansi.
"Mengenai status kepemilikan tanah di gunung Tugel sepengatahuan saya sejak tahun 1980 memang milik instansi pemerintah sejak awal. Tapi kalau dibawah tahun 80 Babeh kurang begitu paham, milik yang disebut tadi (Soeharto) atau pemerintah. Tapi sejak tinggal di sini tahun 80 itu milik Instasi pemerintah, bukti tersebut ada plang di pinggir jalan," ujarnya.
Sementara terkait keadaan di dalam Gunung Tugel sendiri, ia menjelaskan jika bangunan tempat pelatihan transmigrasi itu sudah tidak lagi digunakan semenjak tahun 1995 hingga sekarang. Meski demikian, ia pun tidak menampik jika suasana mistis begitu terasa ketika malam hari.
Dia menjelaskan meski bangunan yang terbengkalai di dalam lingkungan Gunung Tugel terbengkalai. Namun tak ada kegiatan ritual ataupun tempat tinggal dukun seperti beberapa informasi yang beredar hingga saat ini.
"Disebut-sebut digunakan sebagai tempat ritual tidak ada sebenarnya, secara riilnya tidak ada. Itu hanya rumah percontohan untuk calon transmigran nantinya, untuk mengelola lahan di luar pulau sana, jadi aman aman saja," ujarnya.
Dia pun menjelaskan fungsi dari beberapa bangunan yang berada di tempat pelatihan transmigrasi Gunung Tugel Purwokerto. Di mana diawal masuk akan terdapat gerbang masuk Gunung Tugel, kemudian beberapa meter setelah masuk terdapat Mushola untuk memudahkan pemeluk agama Islam menjalankan ibadah.
"Mushala dibangun bersama dengan gedung gedung tempat pelatihan calon transmigran," ujarnya. Di seberang mushala terdapat tower penampungan air bersih, setelah itu ada gedung untuk memberikan pembekalan kepada calon transmigran bagaimana cara memelihara kambing dan sapi, bentuknya seperti kandang ternak.
Setelah melalui pintu teralis, lanjut dia ada gedung utama yang digunakan untuk para peserta transmigrasi memulai kegiatan pagi harinya seperti absensi dan lain lain. Sebelahnya terdapat ruang ruang kelas untuk memberikan ilmu pembelajaran.
"Gedungnya di tengah, tak jauh dari situ ada semacam tempat makan bersama. Mereka diberikan pendidikan transmigrasi selama 3 bulan, jadi selama itu mereka tidak pulang, jadi selesai diberikan pendidikan mereka kemudian diberangkatkan ke lokasi mereka inginnya dimana," ujarnya.
Ke arah barat lagi, lanjutnya ada contoh rumah transmigran, rumah yang nantinya mereka tempati saat berada di daerah transmigrasi. di mana rumah tersebut berbentuk separuh tembok dan separuh kayu, dalam beberapa konten disebut sebagai rumah dukun.
"Dulu ada 10 rumah berjejer, sekarang sisa dua rumah, yang lain sudah hancur termakan usia. Adapun rumah ini juga dulu fungsikan untuk menginap," jelasnya.
Terkait cerita sebelum dibangun tempat pelatihan transmigrasi Gunung Tugel, dijelaskan Babeh Berto jika sempat ditemukan mayat korban pembunuhan. Namun kejadian tersebut sekitar tahun 1985, bahkan dirinya beserta aparat keamanan yang mengevakuasi mayat tersebut.
Melangkah lebih ke barat lagi, terdapat bekas kandang ayam, tempat mengajarkan para calon transmigran untuk memelihara ayam. Saat ini sudah tertutup rumput rimbun. "Jadi tidak pernah ada ritual atau apapun di sini, di sini aman damai," ujarnya.
iNewsMadiun
Editor : Arif Handono