Ketika waktu sore, Anies membeli mainan di toko dengan naik sepeda. Mainan tersebut untuk bayi pertamanya.
"Sore itu, pulang dari toko tadi naik sepeda sambil bawa mainan untuk bayi pertamanya. Ada bahagia tersendiri walau belum tahu kapan mainan itu bisa diberikan," katanya.
Anies bercerita mendapat beasiswa agar istrinya Fery Farhati dan Tia dapat menyusul dirinya ke Amerika. Ia pun bercerita dengan hidup pas-pasan di Amerika kehidupan Tia jauh dari kata layak.
"Alhamdulillah, dapat tambahan beasiswa sehingga setahun kemudian Fery dan Tia bisa menyusul ke Amerika. Hidup saat itu serba pas-pasan. Tia tumbuh sebagai anak yang semua mainannya adalah mainan bekas, hampir semua pakaiannya adalah pakaian bekas. Kami memang harus serba irit," ucapnya.
Meski hidup sederhana, kata Anies, Tia selalu tampil ceria dan menyapa semua orang dengan senyuman.
"Mengutip syair lagu itu, “All the precious time. Like the wind, the years go by. Precious butterfly. Spread your wings and fly. She'll change her name today. She'll make a promise and I'll give her away. Standing in the bride-room just staring at her," ujar Anies.
Anies mengatakan waktu berjalan amat cepat, Tia putri sulungnya itu dipersunting seorang dokter bernama Ali Saleh Alhuraiby. Namun, Ia mengenang sosok Tia yang tak pernah berubah yang selalu mau mendengarkan cerita sang ayah.
Editor : Arif Handono