JAKARTA, iNewsMadiun.id - Menteri Pertahanan Letjen TNI (Purn) Prabowo Subianto punya kekaguman sejumlah sosok di Indonesia. Para tokoh ini yang mewarnai Prabwo Subianto sebagai pemimpin, mulai dari Panglima Soedirman hingga Kolonel Mar TNI (Purn) Azwar Syam.
Prabowo juga mengagumi sejumlah tokoh militer dunia, salah satunya Jenderal Mikhail Kutuzov asal Rusia. Siapa Mikhael Kutuzov? Dikutip dari BBC One, Jenderal Mikhail Kutuzov adalah pemimpin militer terkenal dengan pengalaman puluhan tahun. Dia telah dipilih oleh Tsar Rusia untuk memimpin tentara Rusia melawan Napoleon. Dia adalah sosok yang tangguh dan pernah bertahan dalam bertempur meski peluru menembus matanya. Dia berhasil menahan invasi Napoleon ke Rusia dengan kecerdasannya.
"Ketika berbicara tentang sejarah Rusia, langsung terlintas di pikiran saya Mikhail Kutuzov. Beliau adalah Marsekal Rusia yang berhasil menahan invasi Napoleon ke Rusia dengan kecerdasannya," kata Prabowo, dikutip iNews.id dari bukunya, Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto, Rabu (9/3/2022).
Prabowo memaparkan, Mikhail Kutuzov lahir tahun 1745 di keluarga insinyur militer. Sejak kecil, dia memiliki rasa ingin tahu yang tinggi sehingga banyak ilmu yang dia pelajari. Dari semua, matematika dan bahasa asing jadi ilmu yang paling disukai dan dikuasainya.
Setelah Mikhail Kutuzov memasuki Sekolah Artileri, dia cepat beradaptasi dengan lingkungannya. Dia dan menjadi salah satu murid terbaik karena kepandaiannya. Saat usianya baru 16 tahun, dia sudah menjabat sebagai ajudan Gubernur Jenderal Revel. Enam bulan kemudian, dia melanjutkan kariernya di dinas militer aktif.
Dalam pertempuran, Mikhail Kutuzov sering mengalami kejadian berbahaya. Pada tahun 1774 saat pertempuran dengan Turki di dekat Alushta, dia luka tembak parah di kepalanya. Dokter sempat berpikir dia tidak akan dapat bertahan lama, tapi tubuhnya sangat cepat pulih.
Mikhael Kutuzov kemudian menjalani pengobatan di Austria. "Saya pernah membaca bahwa ketika beliau dalam pertempuran sering mengalami kejadian berbahaya," tulis Prabowo.
Mikhael Kutuzov juga pernah terluka di kepala selama pengepungan Izmail sekitar tahun 1788. Peluru menembus matanya, tapi dia tetap bertahan dalam pertempuran. "Ketangguhannya dalam bertahan hidup selama pertempuran sungguh luar biasa dan patut dicontoh," kata Prabowo.
Mikhael Kutuzov tidak hanya tangguh dalam pertempuran. Dia juga pernah mengambil bagian dalam urusan diplomatik dan diangkat menjadi duta besar untuk Konstantinopel. Setelah itu, dia memerintah di Finlandia dan pada 1802 menjadi Gubernur Jenderal St Petersburg.
Meskipun Marsekal Mikhail Kutuzov pernah gagal bersama pasukan Rusia dalam merebut benteng Turki di Brailov tahun 1809, dia tak menyerah begitu saja pada pertempuran selanjutnya. Ketika Rusia dan Prancis bertempur di Borodino, Pasukan Rusia terpaksa menyerahkan ibu kota Moskow.
"Namun, berkat rencana cerdasnya, Napoleon dan pasukannya kalah dan akhirnya mundur menuju wilayah selatan Rusia," kata Prabowo. Di saat manuver mundur itulah Napoleon dilanda penderitaan terus-menerus akibat gempuran pasukan Rusia. Dia begitu tidak berdaya karena kelaparan dan suhu yang sangat dingin di bawah nol derajat Celsius. Akhirnya Napoleon kembali ke Paris. Ini menjadi pertempuran yang memalukan bagi Prancis.
Prabowo mengatakan, ada yang menyatakan bahwa Kutuzov seperti Roland dalam novel abad pertengahan yang merupakan seorang kesatria tanpa rasa takut, dan menyelamatkan Rusia dari pasukan invasi Napoleon. Berkat jasanya ini, dia dikenal sebagai pahlawan Rusia.
"Perjuangan hidupnya untuk mempertahankan tanah airnya tidaklah mudah, begitu menginspirasi dan menjadi panutan," ujarnya. Dikutip dari Russia Beyond, Panglima Komando Rusia Jenderal Mikhail Kutuzov dan pejabat tinggi Rusia tidak mudah mengambil keputusan saat pertempuran tersebut.
Mereka memperdebatkan, apakah mereka akan membiarkan musuh mereka, Napoleon Bonaparte, untuk memasuki Moskow atau tidak. Bagaimana pun, Moskow tetap dianggap kota penting meski saat itu statusnya bukan lagi ibu kota Rusia. Pertimbangannya, menyerahkan kota Moskow kepada Prancis merupakan aib.
Di sisi lain, jika memaksakan diri untuk mempertahankannya, maka akan menyebabkan penderitaan lebih lanjut. Apalagi pasukan Rusia saat itu kelelahan dan kehilangan sekitar 45.000 tentara selama Pertempuran Borodino yang berlangsung seminggu sebelumnya.
Namun, dengan banyak pertimbangan, Jenderal Mikhail Kutuzov memerintahkan pasukannya untuk mundur. Dia lebih memprioritaskan penyelamatan pasukannya dari pada mempertahankan Moskow. "Yang Mulia, Napoleon boleh jadi memasuki Moskow, tapi tidak berarti dia menaklukkan Rusia," tulis Kutuzov pada Imperator Aleksandr I.
Editor : Arif Handono
Artikel Terkait